Ketika Ethan keluar dari kamar orang tuanya, dia segera kembali ke lantai bawah dan duduk di meja makan untuk meredamkan emosinya.
Dia sama sekali tidak mengerti kenapa mamanya ingin sekali dia terjun ke dunia bisnis. Padahal Ethan sama sekali tidak tertarik atau memiliki gairah di bidang itu.
Kenapa mamanya sendiri tidak bisa mengerti akan dirinya? Bukankah mereka memiliki perjanjian kalau dia kuliah di jurusan bisnis, mamanya tidak akan lagi mengomentari atau melarang mimpinya untuk menjadi selebriti?
Larut dalam pikirannya, tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundaknya. Ethan tak perlu menengok siapa pemilik tangan itu karena orangnya lewat di hadapannya dan membuka lemari yang berada tepat di hadapan Ethan.
“Kamu sudah bisa minum, kan?” tanya Baek Hyeon yang mengeluarkan sebotol soju dan kemudian mengambil dua gelas kecil.
“Bukankah ini masih terlalu siang untuk minum-minum?” tanya Ethan.
“Sudah, minum saja, sini biar papa tuangkan,” ucap Baek Hyeon. Ethan kemudian mengambil gelas itu dan memegangnya dengan kedua tangannya untuk menunjukkan rasa hormat.
“Maafkan papa,” ucap Baek Hyeon tiba-tiba setelah mereka meminum 2 gelas minumannya.
“Kamu bahkan harus belajar cara minum dari orang lain,” ucap Baek Hyeon yang tiba-tiba merasa sedih karena anak laki-lakinya ternyata sudah sedewasa ini.
Ethan yang mendengar kata-kata itu, hanya diam saja.
“Jangan membenci mamamu. Mamamu sebenarnya hanya mengkhawatirkanmu saja. Kamu yang dulu sempat terkena kasus tidak baik di dunia hiburan benar-benar membuat papa dan mama khawatir ketika pertama kali mendengar hal itu. Mama kamu tidak rela anak bungsunya terlibat dan dikata-katai seperti itu oleh media dan orang-orang,” Ethan hanya tetap diam saja ketika mendengarnya dan cukup terkejut karena papanya yang biasanya pendiam malah berbicara sepanjang ini padanya.
“Saat mamamu kena serangan jantung kemarin, dia terus menerus menanyakan kabarmu dibandingkan Elena. Karena menurutnya, kakak kamu sudah bisa menjaga dirinya sendiri sementar baginya kamu masih anak kecil kesayangannya.”
“Jadi ketika dia melihatmu yang tampak kurus dan berpenampilan seperti itu, dia menjadi khawatir lagi apakah kamu sedang dalam kesulitan dan apakah keputusannya untuk membiarkanmu melakukan apa yang kamu mau itu sudah benar. Dia hanya takut akan segera meninggal dan membiarkanmu sendiri yang merupakan kesayangannya,”
“Salah satu alasan papa juga mengizinkanmu untuk ke Korea Selatan biar kamu bisa jauh-jauh karena kamu selalu mengambil kasih sayang mama,” ucap Baek Hyeon yang sepertinya mulai agak mabuk.
“Hah? Apakah papanya sejatuh cinta itu ke mamanya sehingga dia bahkan cemburu terhadap anaknya?” pikir Ethan yang meremehkan cinta papanya.
“Baginya, masa depanmu di dunia bisnis akan menjadi lebih terjamin daripada di dunia hiburan. Tapi, kalau kamu ingin memperjuangkan cita-cita kamu, ya silakan saja. Lagi pula kamu sekarang sudah dewasa jadi kamu sudah bisa memilih jalan kamu sendiri. Dengan kamu yang mau mengabulkan permintaan papa untuk memimpin perusahaan sementara, itu sudah lebih dari cukup!”
“Papa bangga sama kamu!” ucap Baek Hyeon kemudian berdiri dan menepuk-nepuk pundak Ethan.
Mata Ethan menjadi berkaca-kaca ketika mendengar hal itu. Dia bisa merasakan ketulusan dari kata-kata papanya, apalagi papanya yang memang biasanya pendiam.
“Ahh! Sepertinya memang minum tanpa ayam goreng berasa ada yang kurang, bu Wati mana ya? Kayaknya di kulkas ada ayaml” ucap Baek Hyeon yang tiba-tiba merasakan canggung dan perlahan-lahan menuju ke lantai dua.
Ethan hanya tersenyum ketika papanya telah pergi. Suasana hatinya sedikit membaik setelah mengobrol dengan papanya.
Ya! Dia hanya perlu membuktikan ke mamanya kalau dia bisa sukses meski berada di dunia hiburan!
Tapi saat ini dia harus melakukan yang terbaik untuk memimpin perusahaan, bagaimana pun, papanya pasti telah melakukan sesuatu agar mamanya mengizinkan dia berada di dunia hiburan asal mau kuliah di jurusan bisnis, dan Ethan yakin kali ini papanya pasti akan membantunya untuk membujuk mamanya!
***
“Bu Wati, tolong panggilkan Ethan untuk makan malam,” ucap Jia Li ketika Wati sedang mengatur makanan di meja makanan.
“Biar aku aja, ci,” ucap Tuti yang sedang membantu Wati. Sejak kedatangan Ethan, dia tidak pernah lagi berpapasan dengannya karena ibunya mengawasinya ketika melakukan pekerjaan rumah. Jadi ini kesempatan bagi dirinya untuk melihat oppanya.
Wati menatap Tuti dengan tatapan, “Jangan coba-coba,” sebelum akhirnya berkata, “Nak Ethan katanya mau makan di kamar aja ci, soalnya katanya masih banyak dokumen yang harus dia baca,” ucap Wati menjelaskan.
“Oh,” balas Jia Li yang sedikit kecewa karena berharap mereka akan makan malam bersama, namun dia tak ingin memaksa keinginannya karena mengerti bahwa anaknya sedang mempelajari dokumen perusahaan NamTech.