“Kenapa si apel merah itu ada di sini? Apa dia mengenal gue? Atau malah dia ngikutin gue dari Bali? Oh iya, kalung gue!” pikir Carolina lagi ketika Ethan telah pergi dengan seseorang. Semenjak pulang dari Bali, Carolina tidak memiliki waktu untuk mencari identitas pria yang tidur bersamanya.
Tapi setelah melihat pria itu lagi, dia tiba-tiba mengingat bahwa dia memang butuh untuk bertemu dengan pria itu, untuk menanyakan kalungnya.
“Carolina Akai?” larut dalam pikirannya, tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Carolina sekali lagi menoleh dan melihat seorang pria yang sepertinya berusia 40-an dan memakai pakaian kantor.
“Pak Adam?” tanya Carolina. Karena satu-satunya orang yang dia tunggu adalah Adam, staff HRD, kenalan Sir David, dosen pembimbing akademik Carolina.
“Ah, ya, maaf menunggu lama. Mari ikut saya,” ucap Adam kemudian memimpin jalan menuju lift kembali.
“Karena kamu jurusan IT, saya letakkan kamu di divisi IT aja, ya. Nanti kepala devisi yang di sana yang memutuskan untuk ngasih kamu dibagian mana,” ucap Adam sambil menjelaskan.
“Baik,” jawab Carolina. Setelah lift itu kembali turun, Adam dan Carolina segera memasukinya. Adam kemudian memencet tombol lantai 4.
Setelah sampai di lantai 4, Adam langsung menuju ke salah satu ruangan yang berada di situ dan mengetuk pintunya.
“Masuk,” jawab seseorang dari dalam. Adam langsung membukakan pintu dan mempersilakan Carolina untuk masuk.
“Hei, ini ada anak magang dari Universitas Cerdas jurusan IT. Ini datanya,” ucap Adam kemudian langsung memberikan kertas yang sejak tadi dia bawa.
“Emang kita sekarang nerima anak magang, ya?” tanya pria itu yang menanyakan secara terang-terangan tak peduli Carolina sedang berada di situ.
“Atasan udah setuju, kok. Mungkin sekalian biar bisa promosi nama perusahaan,” ucap Adam.
“Kalau gitu saya pergi dulu, ya,” ucap Adam akhirnya.
“Ah iya pak, makasih,” jawab Carolina sambil tersenyum.
Setelah beberapa saat, suasana kembali menjadi hening. Pria itu sibuk membaca kertas yang tadi dibawakan oleh Adam, sementara Carolina hanya diam di tempatnya, meskipun biasanya Carolina akan memainkan handphone miliknya, tapi dia cukup tahu diri untuk tidak melakukan hal itu.
“Sepertinya kamu bisa untuk ngoding, ya?” tanya pria itu setelah melihat kertas berisi CV Carolina.
“Ah iya pak, lumayan,” ucap Carolina mencoba untuk merendah.
“Oke, kamu saya kasi dibagian project management aja, ya. Sebenarnya kami lagi butuh di bagian jaringan juga, tapi kayaknya kamu gak terlalu ahli di bagian itu,” ucap pria itu kemudian memencet interkom yang berada di ruangannya.
“Suruh Andi datang ke ruangan saya,” ucap pria itu setelah seseorang menjawabnya.
Sementara Carolina hanya tersenyum, dia memang sejak awal tidak ingin mengumbar bahwa dia memiliki keahlian di bidang jaringan karena takut identitasnya sebagai hacker terkenal akan ketahuan.
Setelah berbicara dengan seseorang lewat interkom, pria yang memiliki jabatan itu kembali sibuk dengan tugasnya, sementara Carolina hanya diam saja. Dia juga tidak ingin basa basi dengan pria itu.
Tak lama kemudian, ada ketukan lagi di pintu, dan seorang pria berumur akhir 20-an masuk ke dalam. Pria itu berkulit putih dan memakai kacamata.