“Apa ada rapat yang harus aku hadiri hari ini?” tanya Ethan ketika dia dan Agung keluar dari ruang rapat bersama para wakil direktur.
Agung mengecek buku yang dia bawa bersamanya, sebelum akhirnya berkata, “Tidak ada pak, tapi sepertinya dari pihak public relation* ingin mengumumkan perihal pergantian ceo sementara, jadi mungkin nanti bapak akan dapat tawaran interview dari media,” ucap Agung menjelaskan.
Sudah sangat wajar dari pihak public relation ingin mengumumkan pergantian ceo sementara mereka, karena salah satu fungsi utama seorang ceo adalah membangun dan menjaga reputasi perusahaan.
Bagaimana dia bisa menjaga reputasi perusahaan jika dirinya saja tidak dikenal? Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak disayang.
Bagaimana para calon konsumen akan tertarik untuk memakai jasa mereka jika pemimpin perusahaan mereka saat ini tak dikenal. Apa lagi rumor mengenai pemimpin perusahaan, Ibu Wang Jia Li, dikabarkan sedang sakit akibat mengalami serangan jantung.
“Apakah press release** mengenai Ibu Wang yang sakit sudah dikeluarkan?” tanya Ethan ketika dirinya dan Agung sedang menunggu lift untuk naik.
“Belum, tapi sudah ada rumor bahwa Ibu Wang saat ini sedang sakit,” ucap Agung.
Lift itu akhirnya naik dan pintunya terbuka, Ethan dan Agung kemudian memasuki lift itu. Setelah memencet tombol 6, lift itu kembali tertutup.
“Agung,” panggil Ethan sebelum membuka pintu ruangan kantornya. Meski sebenarnya Agung yang lebih tua dari Ethan, tapi karena jabatannya saat ini dan demi profesional kerja, Ethan hanya memanggilnya dengan namanya saja. Agung juga tidak keberatan dan memanggil Ethan dengan tambahan “pak” untuk menunjukkan rasa hormatnya.
“Ya, pak Ethan?” tanya Agung yang kembali berdiri dari duduknya.
“Tolong sampaikan kepada tim public relation untuk tidak mengeluarkan press release mengenai ibu Wang yang sakit atau aku yang menjadi ceo sementara,” ucap Ethan akhirnya. Dia tidak ingin mengambil resiko ketahuan oleh perusahaan agensi tempatnya bernaung saat ini karena dia secara diam-diam menyelinap untuk datang ke Indonesia
Agung menatap Ethan sebentar, seolah-olah berkata, “Apa kamu yakin dengan apa yang kamu perbuat saat ini?” tapi Ethan hanya tersenyum kemudian masuk kembali ke kantornya.
Agung akhirnya menghubungi tim public relation, dan seperti dugaannya, mereka keberatan akan keputusan itu.
“Mau bagaimana lagi, itu perintah dari bos!” ucap Agung yang langsung mengeluarkan kartu “perintah dari bos”, kartu yang sangat mutlak, yang tak bisa dibantah oleh siapa pun. Mau bantah? Keluar aja dari perusahaan!
***
Setelah kembali ke ruangannya, Ethan kembali disibukkan untuk membaca dokumen-dokumen yang perlu dia lihat dan dia tandatangani.
“Kayaknya terakhir kali aku membaca sebanyak ini pas lagi susun skripsi, deh,” pikir Ethan yang kemudian bersandar di kursi kulit miliknya. Terakhir kali dia membaca sebanyak itu ketika lagi kuliah di London, dia masih ingat dia harus bolak balik perpustakaan untuk membaca buku atau membaca jurnal.
Saat lagi istirahat sambil memutar-mutar kursi kantornya, Ethan kembali teringat pada wanita yang dia temui tadi di depan kantor, entah kenapa dia menjadi sangat tertarik karena wanita itu selalu memasang ekspresi palsu pada orang disekitarnya. Ethan kemudian langsung memencet interkom untuk memanggil Agung sekali.
“Ya, pak Ethan,” jawab Agung diseberang.
“Kamu ingat gak tadi ada cewek yang kayaknya pake jas almamater kampus yang kutemui tadi pagi di lobby?” tanya Ethan.
Agung terlihat berpikir sebentar sebelum akhirnya menjawab, “Iya, aku mengingatnya, ada apa?”
“Coba kamu cari tahu dia siapa,” ucap Ethan sebelum akhirnya menutup kembali panggilannya.