Ethan terdiam ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Carolina.
Oh iya! Aku mau apa?
Dia awalnya tertarik ketika melihat wanita itu di restoran hotel di Bali yang memakai ekspresi wajah penuh kepalsuan sementara sewaktu di kamar, wanita itu sepertinya hebat dalam berkata kasar.
Lalu setelah bertemu kembali di lobby, dia lagi-lagi terkesima karena wanita itu berusaha untuk pura-pura tidak mengenalnya.
“Apakah mungkin dia tidak menikmatinya malam itu? Tapi sepertinya ada kok, buktinya kami melakukannya beberapa kali,”
Setelah mengetahui bahwa wanita itu adalah anak magang di perusahaan keluarganya, dia tiba-tiba ingin melihatnya lagi dan langsung menyuruh sekretaris perusahaan untuk memanggilnya, itu dia lakukan hanya untuk melihat ekspresi wajah wanita itu.
“Aku hanya ingin menemuimu,” ucap Ethan akhirnya, mengatakan sejujurnya.
“Hah?” Carolina tidak percaya dengan apa yang dia dengar, si apel merah itu menyuruhnya kemari hanya karena dia ingin menemuinya? Omong kosong macam apa ini!
Carolina kemudian menurunkan kembali kakinya yang disilang sebelumnya dan bangkit berdiri mendekati Ethan.
“Sekarang kita udah ketemu, kan? Yaudah kembalikan kalung gue,” ucap Carolina sambil menyodorkan tangannya, untuk meminta kalungnya kembali.
Ethan menatap tangan Carolina yang disodorkan kepadanya, “Apakah setelah aku mengembalikkan kalungnya, dia tidak mau bertemu denganku lagi?” pikir Ethan.
Melihat Ethan yang diam saja, Carolina menjadi tidak sabar, dia menggoyang-goyangkan tangan yang dia sodorkan seakan-akan menyuruh pria itu untuk segera memberikannya.
Tapi tiba-tiba pandangan Carolina jatuh pada dokumen yang berada di meja Ethan.
“Qi Inc? Jadi mereka masih belum ketahuan,” pikir Carolina.
Ethan yang menyadari tatapan Carolina sedang menatap dokumen di mejanya, bertanya, “Ada apa?”
Setelah mendengar pertanyaan itu, Carolina langsung mengalihkan pandangannya dan menatap Ethan, “Gak, mana kalung gue!” ucapnya yang kembali menggoyangkan tangannya.
“Kasi tau dulu, kalo gak kalungmu gak akan aku kembalikan,” ucap Ethan yang tiba-tiba penasaran kenapa wanita di depannya memasang ekspresi seperti itu.
“Gak kok, gak apa-apa, udah mana kalung gue,” ucap Carolina yang masih menyodorkan tangannya
“Yaudah kalau kamu gak mau kasi tau, kamu bisa keluar,” ucap Ethan kemudian membuka kembali laci mejanya, berpura-pura untuk menyimpan kembali kalung itu.
Melihat Ethan yang berusaha untuk menyimpan kembali kalung itu, Carolina menarik kembali tangannya dan berpikir dengan cepat, apakah dia harus memberitahukan yang sebenarnya?
“Ah bodo deh, yang penting dia harus segera balikin kalung pemberian papa,” pikir Carolina yang akhirnya telah mengambil keputusan.
“Oke oke! Gue kasi tau! Gue kaget aja lihat ada dokumen yang sepertinya merupakan proposal kerja sama dari Qi Inc,” ucap Carolina akhirnya.