“Apaan?” tanya Carolina yang berhenti tepat di depan pintu keluar.
Ethan berdiri dari kursi kulitnya dan membawa beberapa dokumen di tangannya, “Duduk dulu,” ucapnya mempersilakan Carolina untuk duduk di ruang tamu kecil itu.
Carolina sedikit bingung, namun akhirnya dia tetap duduk di kursi itu.
“NamTech gak akan kerja sama dengan Qi Inc, bagaimana menurutmu dengan perusahaan ini?” tanya Ethan, menunjukkan dokumen yang dia bawa di atas meja.
Alis Carolina terangkat, apakah si apel merah berpikir dia adalah konsultan pribadinya?
Yang benar saja!
“Gimana?” tanya Ethan lagi. Meski belum seratus persen Ethan yakin bahwa Carolina adalah FA, si hacker terkenal, tapi Ethan ingin bertaruh pada wanita itu. Jika wanita itu bisa membantunya untuk memilih partner bisnis yang terbaik untuk NamTech, itu akan memudahkan pekerjaannya dan perusahaan papanya tidak akan memburuk dibawa pimpinan sementara dia.
“Maaf, tapi gue sibuk,” ucap Carolina yang langsung menolak dan berdiri dari tempat duduknya. Dia tidak tahu bagaimana Ethan mengecek dokumen yang sebelumnya dia berikan, tapi Carolina merasa bahwa Ethan mulai curiga dan mengetahui identitasnya. Jika dia melanjutkannya lebih dari ini, identitasnya bisa ketahuan.
“Apa kamu yakin?” tanya Ethan yang sepertinya sudah bisa menebak bahwa Carolina akan menolak tawarannya.
“Ya, kalau gak ada yang mau lo bahas lagi, gue mau keluar,” ucap Carolina yang langsung melangkahkan kakinya untuk keluar.
“Bukankah tempat magang memiliki hak untuk memberikan nilai pada anak magangnya?” tanya Ethan. Carolina yang lagi-lagi baru saja akan membuka gagang pintu itu, terdiam.
Dia berbalik dan menatap Ethan dengan tajam, “Maksud lo?”
Ethan sedikit ketakutan ketika melihat tatapan itu, tapi dia berusaha untuk memasang wajah datar, “Anggap aja sekarang lagi syuting dan kamu memerankan karakter orang yang tidak kenal takut,” sugesti Ethan pada pikirannya.
“Setauku tempat magang nanti akan memberikan nilai kepada anak magangnya, nilai sikap, misalnya?” ucap Ethan dengan tenang. Setelah melihat Carolina di restoran hotel yang selalu tersenyum dan bersikap baik, Ethan tahu bahwa Carolina ingin menjaga imagenya.
“Lo ngancem gue?” tanya Carolina yang semakin menajamkan tatapannya.
“Jangan takut, Ethan! Anggap saja ini lagi syuting dan kamu memerankan karakter antagonis,” lagi-lagi Ethan berusaha untuk mensugesti dirinya agar tidak ketakutan.
“Aku cuma nanya,” jawab Ethan dengan tenang.
Carolina menghentakkan kakinya kemudian kembali duduk di kursi yang tadi. Seperti kata Ethan, perusahaan tempat magang berhak memberikan nilai kepada anak magangnya. Nilai yang diberikan oleh perusahaan terbagi menjadi empat, yaitu: sikap, kerajinan, kerja tim, dan kemampuan kerja. Total rata-rata nilai tersebut nantinya akan menjadi nilai sepuluh persen dari nilai akhir mata kuliah kerja praktek miliknya.
Tapi kalau memang si apel merah itu mengancamnya akan memberikan nilai rendah atau bahkan 0 pada nilai sikapnya, dia pasti akan menjadi bahan perbincangan fakultasnya!
Carolina Akai, wanita yang selalu bersikap baik, selalu tersenyum, mendapatkan nilai 0 pada nilai sikap dari perusahaan magang!
Kan gak lucu!
“Mana gue lihat perusahaannya dulu” ucap Carolina akhirnya. Ethan tersenyum ketika mendengar hal tersebut dan memberikan tumpukkan dokumen itu pada Carolina.
Dokumen itu ternyata ada 3 buah dan masing-masing memiliki informasi dari tiga perusahaan. Carolina mengenali salah satu dari perusahaan itu, karena dia dulu pernah mendapatkan pekerjaan untuk mencari informasi dari perusahaan tersebut.