GERA

disasalma
Chapter #3

#3 GERA

Tahun ajaran baru, pagi ini Rania sudah berada di ruang kepala sekolah SMA Tirta Jaya bersama Marwah untuk mengurus surat kepindahan Rania dari sekolahannya yang terdahulu.

"Baik, Rania hari ini sudah bisa mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar. Untuk sementara waktu pakai seragam sekolah yang lama tidak apa-apa, nanti Ibu Marwah bisa langsung ke Ruang Tata Usaha untuk masalah seragam dan lain-lain," jelas Ibu Kepala Sekolah SMA Tirta Jaya.

"Baik, Bu. Terima kasih, saya duluan. Saya selaku walinya Rania menyerahkan Rania selama bersekolah di sini," tukas Marwah diangguki oleh Ibu Kepala Sekolah.

"Kamu belajar yang bener, ya? Tante mau ngurus ke Tata Usaha dulu, nanti kamu Tante jemput pulangnya." Marwah mengusap sayang puncak kepala Rania. Rania mengangguk dan mencium punggung tangan Tantenya.

"Permisi, Bu." Marwah berlalu pergi setelahnya.

"Sekarang Ibu akan antar kamu ke kelas. Semoga dengan kehadiran kamu sekolahan ini bisa menambah jajaran murid berprestasi ya, Rania."

Rania mengangguk.

>>><<<

Lapangan bola voli indoor SMA Tirta Jaya. Gesang, Linggar, Diko, dan beberapa siswa yang tergolong dalam ekskul tersebut memanfaatkan hari pertama kembali ke sekolah untuk bermain bola voli.

"Kita udah kelas dua belas, pasti nih semester depan udah di suruh buat berhenti ikut ekskul," celetuk Linggar.

"Iyalah, kan harus fokus sama ujian," sahut Diko sehabis menenggak setengah dari isi botol air mineral yang sempat ia beli di kantin tadi.

"Lah iya makanya itu kita puas-puasin lah main voli." Linggar menimpali.

"Lo jangan makin parah bolosannya, Sang," kekeh Diko melemparkan botol air mineralnya kepada Gesang saat laki-laki itu berjalan mendekat.

"Iya pasti," kata Gesang diam sebentar lalu melanjutkan, "kalo nggak lupa."

Diko mencibir dan geleng-geleng kepala. Linggar yang duduk di samping Diko, menoyor kepala temannya yang satu ini.

"Lo juga sama, kurang-kurangin bolosnya. Jangan bandel-bandel amat kasihan Bu Siwi, beliau jadi wali kelas kita lagi soalnya." Linggar terkekeh pelan.

Bu Siwi, guru mata pelajaran ekonomi sekaligus wali kelasnya itu sangat sabar menghadapi kelakuan tiga murid bandel sejak Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah dan bertemu lagi di kelas sebelas dalam jurusan dan kelas yang sama.

"Lo juga sama aja sih, Gar." Gesang bersuara seraya melemparkan botol air mineral yang sudah ia remas ke dalam tempat sampah di ujung ruangan ini.

"Ya udah kita bertiga sama, kan sehati kita," ujar Linggar. "Tobat nggak nih?" tanyanya.

"Gayaan lo ngajakin tobat kemarin malem masih nongkrong di kelab, cih!" sinis Diko.

"Wah parah, jangan-jangan lo selama gue di Jogja mabuk terus ya? Udahlah Gar, kaya gituan nggak baik buat kesehatan lo. Gue sama Diko aja nggak mabuk masa lo kenceng mabuknya?" ujar Gesang yang sedikit tidak menyukai kebiasaan Linggar yang sering mabuk di kelab.

Linggar tersenyum lebar. "Ya doain cepet insaf."

"Nakal boleh, kebangetan nakalnya jangan!" Diko berseru sambil bangkit dan berjalan keluar lapangan indoor ini.

"Tuh dengerin kata temen lo yang lagi kangen sama mantannya," ucap Gesang dengan kekehan kecil.

"Mantan kok dikangenin, keenakan dianya lah. Ya, mending-mending kalo dia kangen balik sama kita, kalo enggak? Rugi bandar!"

"Ya elah, pakarnya cinta," kelakar Gesang.

Linggar terkekeh. "Gue tadi ketemu sama cewek, Sang, cantik lagi, dia jalan ke arah ruang kepala sekolah sama nyokapnya kali ya tadi. Kayaknya dia murid baru di sini."

"Masuk IPS? Kok gue nggak tau kalo dia masuk IPS?"

"Yang bilang dia masuk IPS siapa? Nggak ada! Kayaknya dia bakalan masuk ke jurusan IPA," cetus Linggar.

"Sok tau banget," cibir Gesang yang bangkit dan meninggalkan Linggar.

"Kebiasaan si Gesang suka ninggal-ninggal. Awas aja dia, kalo nggak cuma temen yang ditinggal tapi janji juga, abis sama gue pasti!"

>>><<<

Setelah berkeliling gedung IPA bersama Ibu Kepala Sekolah, akhirnya Rania sampai di kelas yang akan ia tempati. XI IPA-1. Itu yang tertera di atas pintu kelas.

"Selamat pagi!"

"Pagi, Bu!"

"Hari ini sekolahan kita kedatangan murid baru, dia akan belajar bersama kalian di kelas ini," ujar Ibu Kepala Sekolah.

Desas-desus mulai terdengar bising di telinga Rania saat ia mendongakkan kepala untuk melihat keadaan kelas yang akan ia tempati.

Lihat selengkapnya