Gesang menatap Papanya yang tengah memasukkan koper ke dalam bagasi mobil. Sudah bisa dipastikan, Papanya itu akan kembali ke Jogja dan meninggalkan Gesang bersama Mamanya dan Gatra.
Ralat, bersama Bu Tuti selaku asisten rumah tangga di rumahnya dan Gatra. Mana mungkin Mamanya mau berlama-lama di rumah. Itu sangat mustahil terjadi. Tapi sudahlah Gesang sudah biasa dengan itu semua. Lagipula ada Gatra yang menemaninya di rumah.
"Hampir setengah tujuh dan kamu belum berangkat sekolah?" cetus Dito seraya melihat putra semata wayangnya masih berdiam diri di depan pintu.
Gesang hanya diam. Tak berniat membalas apa yang telah dikatakan Papanya itu.
"Mau berangkat bareng sama Papa? Bandara dan sekolahanmu satu arah."
Kali ini Gesang menggelengkan kepalanya dan berjalan ke arah mobilnya. Dito melihat semua pergerakan Gesang, beliau mengernyitkan keningnya ketika Gesang tidak jadi masuk ke dalam mobil dan menghampirinya.
"Apa?" tanya Dito yang paham dengan gelagat Gesang.
"Tolong bantu Gesang lepas dari perjodohan yang mama buat. Gesang nggak suka mama jodohin Gesang sama Lusiana. Dikira Gesang nggak bisa cari cewek sendiri?"
"Kalo masalah itu kamu bicarakan sendiri dengan mamamu, Papa enggak bisa bantu. Kamu mau cari cewek? Memang Papa udah ngizinin kamu buat pacaran?"
Gesang mendengus pelan. "Pa, Gesang juga lagi berusaha dapet nilai bagus, ya minimal sama kaya rata-rata. Gesang juga udah serius sekolah, ikut les di sekolah biar bisa dapet nilai ujian yang memuaskan. Tapi Papa juga harus janji, kalo Gesang dapet nilai bagus, Papa ngiznin Gesang cari pacar."
"Kamu berjuang dapet nilai bagus buat itu? Bukan buat orang tuamu?"
"Ya, nggak gitu juga. Gesang berjuang buat semuanya."
Dito menelisik gerak-gerik putranya yang sedikit berbeda ini.
"Kamu suka sama seseorang? Siapa cewek itu, kenalin ke Papa," ujar Dito.
"Gimana mau ngenalin ke Papa, kalo cewek itu jauhin Gesang sekarang?" kekeh Gesang sambil menyugar rambutnya.
"Ya udah, kalo cewek itu udah deket sama kamu lagi, kenalin ke Papa."
Dito berdehem dan memeluk Gesang sekilas. "Papa pulang ke Jogja, jaga diri kamu baik-baik. Papa akan pantau kamu terus."
"Hati-hati, Pa," ucap Gesang dibalas anggukan oleh Papanya.
"Satu lagi, kalo kamu nggak bisa berhenti merokok nggak masalah, asalkan kamu bisa mengurangi batang rokok yang kamu sesap setiap harinya. Dan jangan terlalu sering datang ke arena balap illegal itu. Papa enggak suka! Lebih baik kamu kembalikan motor dan mobil kesayanganmu itu ke Papa," sambung Dito sebelum masuk ke dalam mobilnya.
Gesang menghela napasnya panjang. Sudah dibilang, mau bagaimanapun Papanya melarang Gesang datang ke tempat itu, Gesang tetap akan datang dengan alasan yang sama.
Setelah mobil alpard berwarna putih yang di kendarai Pak Dodi itu beranjak pergi barulah Gesang masuk ke dalam mobilnya. Lima belas menit lagi jam tujuh. Di jam itu juga gerbang SMA Tirta Jaya akan tertutup rapat.
Gesang memang lihai melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, agar bisa datang tepat waktu. Tetapi Gesang masih tau aturan lalu lintas. Tak mungkin ia ugal-ugalan di jalan raya dan mengundang masalah dengan pengemudi lainnya.
>>><<<
"Ya, gerbangnya udah ditutup, Tante," seru Rania dengan dengusan diakhir seruannya.