Linggar merangkul bahu Gesang saat memasuki kantin utama SMA Tirta Jaya. Keduanya selalu menjadi pusat perhatian, senang tentu senang. Tetapi, privasi mereka selalu terusik, tidak senang kalau ini.
"Gesang!"
Lengan Gesang dicekal dari belakang, saat Gesang berbalik badan. Gesang melihat raut wajah kesal dari Lusiana. Gesang menghela napasnya berat.
"Kamu kenapa sih akhir-akhir ini jauhin aku? Kamu berubah, Sang!"
Gesang menarik lengannya dan menatap mata Lusiana. "Berubah apanya, Na? Gue dari dulu kaya gini."
"Enggak, kamu itu berubah! Kamu inget kan sama perjodohan yang mama kamu buat?"
"Itu urusan mama bukan urusan gue. Lagipula gue nggak suka dijodoh-jodohin. Tiga bulan ini gue udah nyoba sabar ya karena gue mau nurut sama mama gue. Tapi tingkah lo makin ke sini itu bikin gue terusik. Gue punya kehidupan sendiri, Na." Gesang berbalik badan.
"Sang, kita deket udah dari kelas sepuluh, dan sekarang kamu kaya gini cuma gara-gara perjodohan itu? Apa kamu nggak seneng sama perjodohan yang mama kamu buat?"
Gesang menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju meja kantin yang biasanya. Diikuti oleh Linggar. Lusiana dan Vita juga mengikuti dari belakang.
"Kenapa baru sekarang kamu berani terang-terangan kalo kamu nggak nyaman sama semua ini?" tanya Lusiana mulai geram dengan tingkah Gesang yang akhir-akhir ini menjauhinya.
"Gue kan udah bilang, tiga bulan ini gue udah nyoba buat sabar sama keputusan mama. Dan sekarang ini gue udah nggak bisa lagi buat sabar. Lo ngusik kehidupan gue, Lusiana." Nada suara Gesang masih santai. Ia tidak mau membuat keributan di kantin hanya karena Lusiana. Ia tidak mau mempermalukan Lusiana. Bagaimanapun juga Lusiana itu temannya.
"Nggak mungkin karena itu, aku tau kok alasan kamu berubah itu apa? Kamu berubah karena Rania, kan?" cecar Lusiana sambil menggebrak meja yang ditempati Gesang dan Linggar.
Gesang memejamkan matanya sekejap, dan bangkit dari duduknya.
"Perubahan gue sama sekali nggak ada hubungannya sama Rania. Lagian lo kenapa sih, Na? Lo masih muda, gue juga. Ngapain ngeribetin soal perjodohan? Hidup kita berdua itu masih panjang. Jodoh, rezeki, maut ada ditangan Tuhan!" gretak Gesang mulai terpancing emosinya.
"Gue nggak suka sama kelakuan lo, Na. Gue bisa aja batalin keputusan mama yang konyol ini, jadi lo jangan macem-macem sama gue!" peringat Gesang. Laki-laki itu mengajak Linggar untuk pergi.
Gesang mengangkat tangan kanannya dan berbalik badan. Matanya menyorotkan aura tidak suka. Gesang menunjuk Lusiana.
"Jangan pernah lo labrak Rania lagi. Dia nggak ada hubungannya sama masalah ini. Kalo lo masih ganggu Rania, jangan harap hubungan pertemanan kita bakal baik-baik aja," lanjutnya dan berlalu pergi.
Lusiana menghentakkan kakinya berulang kali ke lantai.
"Shit! Gesang udah berani ngancem gue!" umpat Lusiana seraya mengedarkan pandangannya.
"Ngapain lo semua lihatin gue? Baru matanya, hah?!" sentak Lusiana mengundang seruan memekakkan dari seluruh pengunjung kantin.
"Ayo, Na, kita pergi," ajak Vita yang sedari tadi hanya diam tidak berani menghalangi apa yang Lusiana lakukan.
>>><<<
Rania berjalan sendiri menuju ruang kesiswaan. Seharusnya Gesang saat ini ada bersamanya, berjalan berdampingan dengannya. Tetapi tadi sewaktu Rania menyusul Gesang ke kantin, ada Lusiana. Dan terlihat Gesang sedang ada urusan dengan Lusiana. Maka dari itu Rania memutuskan untuk sendiri ke ruang kesiswaan. Guna mengambil buku sakunya dan juga buku saku milik Gesang.
Rania tersenyum ramah ketika ada yang menyapanya. Tidak heran kenapa banyak yang mengetahui namanya, pasti karena gosip-gosip murahan yang ada karena makan bareng di kantin bersama Gesang dan kedua sahabatnya.
"Cantik, sendiri aja nih? Abang temenin mau nggak?" goda Gesang yang tiba-tiba ada di samping Rania.
"Loh Gesang? Sejak kapan lo di sini?" tanya Rania memelankan langkah kakinya.
"Barusan. Lo kenapa nggak ngajakin gue kalo mau ke ruang kesiswaan?"
"Tadi gue nyusulin lo ke kantin, tapi gue lihat lo lagi ada urusan sama Lusiana. Makanya gue sendiri aja ke sini."