GERA

disasalma
Chapter #11

#11 GERA

Selesai mencuci mobil dan motornya di bantu oleh Gatra, Gesang merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang ruang keluarga. Sebenarnya, bisa saja ia memanggil jasa untuk mencuci kendaraannya. Tetapi atas saran Gatra untuk mencuci sendiri dengan embel-embel olahraga pagi, akhirnya Gesang menurut saja. Hemat pula.

"Nih." Gatra menyodorkan minuman dingin yang ia ambil dari dalam kulkas kepada Gesang.

"Makasih," balas Gesang sembari memposisikan tubuhnya untuk duduk di samping Gatra.

Gatra melirik Gesang yang sedang menengguk minumannya hingga tandas.

"Lo haus atau emang nggak pernah minum?"

Dengan tolehan, Gesang menjawab, "Ya, hauslah. Capek nyuci motor sama mobil barengan kaya tadi."

"Halah, gitu aja sambat (ngeluh) terus. Kalo nyuci kendaraan sendiri masih ngeluh gimana nanti kalo lo udah punya keluarga dan punya tanggung jawab buat kasih nafkah ke keluarga lo?"

"Ye, gue masih muda kali. Nggak usah diajakin mikir yang begituan," balas Gesang.

"Lo cowok, Sang. Lo bakal jadi kepala keluarga. Ya kali anak bini lo nggak lo kasih makan apa-apa!"

Gesang mendengus kesal. Gatra memang sekarang sudah berbeda. Dia lebih dewasa dan bisa diajak berpikir terbuka. Tak lagi menjadi Gatra yang dulu. Gatra yang penuh emosi, dan mengedepankan nafsu. Gatra yang sekarang adalah sosok panutan Gesang setelah papanya. Tetapi, kedewasaan Gatra yang sekarang juga banyak yang menjengkelkan salah satunya membahas apa yang belum terpikirkan sedikit pun oleh Gesang.

"Gue nikah kalo udah mapan," cetus Gesang.

"Kalo nggak mapan?" tanya Gatra dengan seringaian meremehkannya.

Gesang menoleh ke arah abang sepupunya itu. Lihat senyum Gatra seperti meremehkannya, membuat Gesang lagi-lagi mendengus kesal.

"Ya nggak tau!" Dengan acuh Gesang bangkit dan beranjak pergi, meninggalkan Gatra yang sedang tertawa puas.

>>><<<

Berulang kali Rania memekik girang di dalam kamarnya. Hari ini adalah hari yang bisa dikatakan hari yang membahagiakan. Akhirnya, Galvan membalas pesannya. Galvan mengkatakan rindu sekali dengannya. Dan juga, Galvan mengajaknya pergi malam ini. Jelas Rania menerima ajakan itu. Karena selama ini yang Rania tunggu-tunggu adalah bertemu Galvan dan menghabiskan waktu malam minggu bersama pacarnya.

Hampir dua tahun, hubungan mereka berjalan dan hampir selama itu juga mereka merasakan apa itu hubungan jarak jauh. Waktu bertemu hanya bebebrapa kali, bertukar kabar juga susah. Galvan selalu sibuk dengan dunianya dan selalu mengacuhkannya. Tetapi tidak apa, Rania paham. Hidup Galvan tidak melulu tentang dirinya seorang.

"Mimpi apa gue semalem? Galvan gue balik!" Rania kembali memekik kencang di dalam kamarnya. Tak peduli Bundanya dan Diko yang sekarang ada di rumah terganggu.

"Pokoknya nanti malem gue harus dandan yang cantik. Gue nggak sabar banget mau ketemu Galvan. Udah lama nggak ketemu," ujar Rania sambil berjalan menuju lemari pakaiannya.

Malam akhirnya tiba, Rania benar-benar akan pergi bersama Galvan. Gadis itu sudah siap dengan dress selutut berwarna maroon yang dipadu-padankan dengan cardigan warna hitam. Ditambah flat shoes dan rambutnya yang digerai, menambah kesan cantik.

Rania sedikit terburu-buru hendak keluar rumah karena Galvan sudah menunggunya di depan. Rania juga tak lupa pamit dengan Bunda dan Tantenya.

Lihat selengkapnya