Upacara bendera yang rutin dilaksanakan setiap hari Senin sudah selesai beberapa waktu yang lalu. Rania, Tisya, dan Zeya pergi menuju kantin untuk membeli minum karena haus.
Dan saat keluar kantin, Rania berpapasan dengan Gesang bersama Diko, dan juga Linggar. Rania merasakan ada hal aneh saat Gesang tidak menyapanya. Senyum pun tidak.
Rania merasakan ada yang tidak beres dengan Gesang. Apa ia punya salah dengan laki-laki itu? Tapi apa? Rania tidak tahu.
"Kalian berdua duluan aja ke kelas, gue mau nyamperin kak Gesang dulu," suruh Tisya. Zeya menganggukkan kepalanya dan mengajak Rania untuk pergi. Rania hanya menurut saja.
"Zey," panggil Rania dan Zeya menolehkan kepalanya.
"Kalo orang itu nyuekin kita tandanya apa sih?"
Zeya terkekeh pelan. "Kak Gesang maksud kamu?"
Mata Rania membulat sempurna dan ia langsung menggelengkan kepalanya cepat.
"A-apaan sih? Ya, bukanlah. Gue cuma nanya aja," sangkal Rania sedikit tergagap.
"Aku juga nggak tau sih, Ran. Tapi biasanya kalo orang itu cuek sama kita berarti diantara orang itu dan kita lagi ada masalah," ujar Zeya sambil membenarkan kerudungnya.
"Masalah apa? Gue nggak ada bikin masalah kayaknya," gumam Rania.
Sayup-sayup Zeya mendengar gumaman itu. Zeya merangkul Rania dan menepuk bahu gadis itu.
"Aku tahu apa yang lagi kamu rasain, Ran. Kamu kebingungan kan sama sikap kak Gesang?"
Rania menoleh dan mau tak mau ia mengangguk. Membenarkan. Ia juga tidak mau membohongi orang lain, bahkan dirinya sendiri.
"Mau aku bantu buat nanya ke kak Gesang?"
"Nggak perlu, Zey. Makasih. Biar gue sendiri aja yang nanya sama dia."
Zeya mengangguk dan mengusap bahu Rania dengan lembut.
>>><<<
Lobi sudah semakin sepi, Rania juga semakin cemas karena tidak kunjung dijemput. Bahkan, sekarang hanya tersisa beberapa murid saja di lobi. Ada juga beberapa murid kelas sepuluh yang masih mengenakan seragam SMP mereka masing-masing.
Entah, Bunda atau Tantenya lupa menjemput atau memang mereka tidak bisa menjemput, Rania tidak tahu. Ingin menelpon salah satu di antara mereka juga tidak bisa karena ponsel Rania mati kehabisan baterai.
Sungguh, hari ini sangat buruk.
Rania memutuskan untuk berjalan keluar lobi. Kakinya berhenti melangkah saat melihat motor Gesang melaju ke arahnya dan berhenti tepat di sampingnya. Rania sempat tersenyum, ia berpikir GesangĀ kembali ke sekolah untuk menjemputnya.
Saat Gesang mematikan mesin motor dan turun, Rania menjadi kikuk sendiri. Gesang ada bukan untuk dirinya, menjadi pahlawan kesiangan. Tetapi Gesang pergi, masuk ke dalam lobi dan entah ia akan ke mana.
Rania menghela napas berat dan kembali melangkahkan kakinya. Mungkin benar apa yang Zeya katakan tadi, orang yang cuek kepada kita pasti di antara orang itu dan kita sedang ada masalah. Tapi Rania tidak tahu apa masalahnya.