GERA

disasalma
Chapter #13

#13 GERA

Hanya bisa tersenyum sebentar lalu menunduk saat Rania bertemu dengan Gesang. Rasanya sangat canggung jika harus bertegur sapa atau bercengkerama lama dengan laki-laki itu setelah kejadian kemarin sore yang meyakinkan Rania tentang perasaan Gesang.

"Jangan menghindar, gue nggak bisa lo jauhin gitu aja cuma gara-gara gue jujur sama lo tentang perasaan gue yang sebenernya kaya apa," ucap Gesang seraya menahan lengan Rania. Membuat gadis itu terdiam di tempatnya dan memejamkan mata sebentar.

"Nggak pa-pa kalo sekarang lo belum bisa punya perasaan yang sama kayak gue. Tapi gue minta lo tetep ada buat gue. Kita bisa sahabatan? Dan jangan halangin gue buat berusaha dapetin hati lo." Gesang melanjutkan ucapannya.

Rania menelan salivanya susah mendengar itu semua. Apa ia jujur saja jika saat ini sudah ada hati lain yang singgah di hatinya?

Tetapi ia tak mau menyakiti perasaan Gesang dan Gesang menjauhinya. Cukup kemarin saja, ia merasakan Gesang sebagai orang lain, dan menjaga jarak dengannya.

"Kenapa diem terus?" tanya Gesang dengan nada yang melirih. Sedangkan Rania mendekat ke arah Gesang dan sedikit mendongak.

"Gue hargai perasaan lo, tapi maaf seperti yang lo bilang. Gue belum bisa punya perasaan yang sama kaya lo. Gue bakal terus ada buat lo. Lo sahabat gue," balas Rania sedikit ragu dengan ucapannya sendiri.

Gesang tersenyum singkat dan berlalu pergi begitu saja tanpa sepatah kata apapun. Rania juga demikian, berjalan menjauh, berbeda arah dengan Gesang. Keduanya berjalan saling membelakangi.

>>><<<

Mendapatkan jam pelajaran olahraga siang hari ini memang ada enaknya dan ada tidaknya. Tidak enaknya itu harus panas-panasan dan enaknya bisa gabung dengan jadwal olahraga adik kelas. Adik kelas paling junior yang baru saja selesai MPLS selama seminggu.

Kenapa enak? Jika bagi Linggar enak karena bisa sepik-sepik dikit ke gadis-gadis yang masih polos dan bening-bening. Sudah ada lima orang gadis jurusan IPS yang Linggar dekati. Mereka semua luluh, bahkan tertawa senang ketika Linggar melontarkan kata-kata jokes yang receh sekali.

"Untung olahraga cuma ada dua jam pelajaran. Kalo seharian bisa baper semua itu delapan belas cewek," kata Gesang menyeletuk. Ia jengah sekali melihat Linggar memulai aksi konyolnya.

"Biarin aja, daripada dia mikirin Rinta terus mending cari kebahagiaan baru. Lagian Rinta udah sama yang lain," balas Diko yang saat ini duduk di samping Gesang sembari mengelap keringatnya menggunakan handuk kecil.

"Ya nggak gitu juga caranya. Baperin orang banyak terus ditinggalin semua. Nggak gentle!"

"Lo juga sama aja, bisanya cuma buat orang lain baper terus lo nggak mau tanggung jawab."

Gesang menolehkan kepalanya dan meninju pelan lengan Diko. Diko hanya terkekeh kecil menanggapinya.

Lihat selengkapnya