Dua bulan ini gosip-gosip murahan tentang Rania yang ganjen dengan Gesang sudah tidak terdengar lagi. Gesang benar-benar membersihkan namanya. Seperti apa yang sudah Gesang katakan waktu itu. Lusiana, Vita, dan Gea juga semakin jarang menganggu Gesang. Menganggu Linggar, Diko, bahkan Rania.
Perubahan ini yang membuat hidup Rania kembali tenang. Semoga sampai besok-besok-besoknya lagi, akan terus seperti ini.
"Nanti pulang bareng gue, ya? Papa gue mau ketemu sama lo, mumpung Papa lagi di Jakarta katanya."
Rania menganggukkan kepalanya. "Tapi nanti gue ada ekskul musik dulu. Mungkin jam lima baru balik, nggak apa?"
"Nggak pa-pa. Gue nanti pulang dulu, soalnya kelas dua belas hari ini pulang lebih awal."
"Kok gitu?"
"Ini udah bulan Oktober. Gue bakalan mulai banyak try out, Rania."
"Iya gue tau, tapi kenapa pulang lebih awal?" tanya Rania. "Seharusnya kan ada jam tambahan buat les."
"Lesnya besok. Hari ini nggak ada les, gue pulang jam dua."
"Kok enak?"
Gesang mengacak puncak kepala Rania. "Enak gimana? Pulang awal juga tetep belajar di rumah. Gue harus lulus dengan nilai bagus, asal lo tau aja."
Rania mendengus pelan dan merapikan rambutnya.
"Gue jarang lihat kak Diko sama kak Linggar bareng lo deh, Sang, mereka kemana?" tanya Rania.
Di rumah sih sering melihat Diko, malah akhir-akhir ini Diko sering berada di rumah tante Marwah ketimbang om Harven. Karena om Harven sedang berada di luar kota. Tetapi jika di sekolahan, Rania jarang melihatnya.
"Gue, Linggar, Diko, itu mulai sebulan ini banyakin ke perpus, belajar bareng biar lulus bareng-bareng juga," kata Gesang membuat Rania geleng-geleng kepala takjub.
"Lo tobat? Seriusan?"
Gesang terkekeh pelan. "Lo nanya apaan sih, hm? Belajar itu kewajiban buat pelajar kayak kita-kita."
"Halah, dulu gimana? Kerjaan lo pasti cuma bolos terus."
"Kok tau?"
"Rania ini!"
"Sok banget, cih!"
Rania memalingkan wajahnya dan melipat kedua lengannya di atas perut.
"Sana gih masuk!" suruh Gesang sambil mendorong punggung Rania. Saat keduanya sudah sampai di depan kelas XI IPA-1.
"Biasa aja kali, nggak usah dorong-dorong!"
Gesang terbahak di tempatnya. "Pokoknya lo belajar yang bener. Jangan deket-deket sama Trio RAP! Gue nggak suka."
Rania membalikkan tubuhnya, dengan kerutan di kening, Rania bertanya, "Trio RAP? Siapa Trio RAP?"
"Rahmat, Anung, Putra."
Setelah menjawab pertanyaan Rania, Gesang langsung pergi begitu saja. Sedangkan Rania menoleh ke kanan, melihat Trio RAP yang dikatakan Gesang. Seketika tawa Rania pecah.
"Kenapa dia sebut-sebut nama gue, Ran?" tanya Anung penasaran.
Rania masih tertawa renyah dan geleng-geleng kepala.
"Wah, lo ghibahin kami bertiga ya?" tuding Putra sembari berjalan mendekat ke arah Rania.
"Apasih? Gue nggak ghibahin lo," balas Rania masih setengah tertawa.
"Ya terus lo kenapa tertawa, Beb?" tanya Rahmat yang ikut mendekat ke arah Rania dan duduk di meja Rania.
"Jijik ah, Mat. Jangan panggil gue Bebeb lagi, jijik!" gerutu Rania sambil bergidik ngeri.