GERA

disasalma
Chapter #21

#21 GERA

Dari pagi hingga sore hari Gesang menjaga Rania di rumah sakit. Saat Gesang diminta untuk pulang oleh Marwah pun laki-laki itu tetep kekeuh untuk tetap tinggal.

Hingga pada akhirnya, Gesang menurut untuk pulang terlebih dahulu dan datang lagi setelahnya.

Saat Gesang pergi, posisi laki-laki itu digantikan oleh Galvan. Rania cukup senang dengan kehadiran Galvan dan Diko. Marwah juga melihat raut wajah bahagia yang Rania tunjukkan. Galvan pun tak henti-hentinya mengucapkan maaf karena selalu mengabaikan pesan yang Rania kirimkan. Dan Rania juga tak menampik jika ia jengah dengan kata maaf Galvan. Karena laki-laki itu tetap mengulangi kesalahan yang sama. Tetapi kelakuannya itu tertolong dengan tulusnya cinta Rania pada Galvan.

Galvan senantiasa menemani Rania hingga malam semakin larut dan Rania tertidur pulas. Itu Galvan lakukan untuk menebus kesalahannya. Berkat Diko juga Galvan sadar, Rania membutuhkannya. Galvan juga sadar, ia laki-laki berengsek, ia tidak pantas bersanding dengan Rania. Tetapi ia juga berat untuk melepas Rania.

Karena sejatinya, rasa cinta dan sayangnya masih untuk Rania, namun terbagi untuk seseorang yang sekarang menjadi tanggung jawabnya.

Galvan dulu berani menyatakan cintanya pada Rania, walaupun perbedaan umur mereka cukup membuat Galvan sedikit pesimis Rania akan menerimanya. Tetapi dugaannya salah, Rania menerimanya dan menerima jika harus menjalani LDR dengan Galvan selama hampir dua tahun kebelakang ini karena Galvan dan keluarganya pindah ke Jakarta. Galvan juga melanjutkan kuliah di Jakarta hingga pergaulan bebas mulai mempengaruhinya.

"Lo ngapain di sini?!" tanya seseorang dari balik tubuh Galvan dengan nada yang tidak enak di dengar. Membuat Galvan melepaskan genggamannya pada tangan Rania dan bangkit. Menghadap laki-laki yang ia kenal betul suaranya.

"Seharusnya gue yang nanya, lo kenapa masuk ruang inap pacar gue seenaknya kaya gini?!" balas Galvan tidak suka.

Gesang terkejut sekali mendengar balasan Galvan yang mengatakan ini adalah ruang inap pacarnya. Kenyataan apa ini yang ia dapatkan? Maksud rivalnya ini Rania pacarnya, begitu? Tidak mungkin. Gesang tidak percaya.

"Rania itu pacar gue. Gue hampir dua tahun pacaran sama dia. Januari nanti gue tepat dua tahun sama dia. Gue jauh lebih berhak berada di sini ketimbang lo!" tegas Galvan dengan seringaian remehnya.

"Bangsat!" umpat Gesang menarik kerah baju Galvan keluar ruang inap Rania.

Benar-benar kenyataan yang sangat mengejutkan. Di saat ia mulai serius mencintai seorang gadis kenyataan tidak berpihak padanya. Hatinya serasa dimainkan. Skenario Tuhan seakan-akan ikut mempermainkannya. Dan di sini, ia sebagai pemeran utama yang harus merasakan pahitnya skenario yang sudah terancang.

Gesang membawa Galvan hingga ke rooftop rumah sakit. Benar-benar emosinya sedang meluap-luap malam ini. Mengapa Rania tidak jujur tentang semua ini selama mereka bersama-sama?

"Gue nggak nyangka, lo bukan cuma rival gue di dunia balap, tapi masalah cewek pun lo juga rival gue. Hhh, Rania itu cintanya sama gue, dia nggak bakalan mempan lo deketin, Man." Galvan meremehkan Gesang dengan menepuk bahu laki-laki itu.

"Persetan! Lo berengsek! Cowok bejat kaya lo nggak pantes dapetin cinta dari Rania. Lo mikir dong, tiap malem cewek lo ganti-ganti. Mereka semua lo jadiin BBG lo doang!" hardik Gesang.

Galvan malah tertawa setan. "Urusannya sama lo apa? Hidup-hidup gue, lo itu cuma anak kemarin sore yang taunya minta duit doang ke bokap lo. Jangan sok-sokan ngurusin hidup orang. Lo pikir hidup lo udah bener?"

Gesang sudah tidak bisa lagi menahan emosinya. Pukulan telak ia berikan ke perut Galvan membuat laki-laki itu merundukkan tubuhnya dan memegangi perutnya.

Lagi, Gesang kembali melayangkan pukulan ke wajah Galvan. Tidak mau kalah dengan laki-laki tiga tahun dibawah umurnya itu, Galvan menegakkan tubuhnya dan menghajar Gesang dengan brutal.

Keduanya sama-sama melayangkan bogeman-bogeman dan membuat memar-memar di wajah hingga sudut bibir yang sedikit robek. Hampir dua puluh menit baku hantam itu berlangsung dan berhenti saat Galvan berhasil melumpuhkan Gesang dengan memukul bagian belakang punggung Gesang.

Galvan tersenyum remeh dan meninggalkan Gesang dengan keadaan tidak sadar diri di rooftop ini.

>>><<<

Lihat selengkapnya