GERA

disasalma
Chapter #22

#22 GERA

Hari berganti dengan hari, minggu berganti dengan minggu dan bulan berganti dengan bulan. Setelah kebenaran itu terungkap Gesang sedikit menjaga jarak dengan Rania. Laki-laki itu beralasan ingin fokus dengan Ujian Nasional-nya yang tinggal tiga bulan lagi.

Tetapi sesekali juga Gesang datang ke rumah saat Rania minta. Mau bagaimanapun Gesang tidak bisa menolak permintaan Rania. Gesang yang selalu menemani Rania saat Galvan tidak ada. Gesang juga yang bersedia menjadi tempatnya mengadu jika Galvan mengabaikannya. Dan semakin ke sini, Rania yakin rasa cintanya untuk Galvan itu menjadi semu. Dan rasa cintanya untuk Gesang semakin pasti.

Beberapa minggu yang lalu, saat pelantikan OSIS angakatan 33, Rania baru tahu jika kecelakaan yang sempat ia alami itu sudah terencana. Tetapi Diko tidak memberi tahu siapa yang merencanakan itu semua. Rania juga sudah tidak mau lagi mengungkit masalah yang sudah lalu.

"Rania, lo bisa gantiin gue ke ruang OSIS?" tanya Tisya, gadis itu kini tergabung dalam OSIS 33 yang diketuai oleh Brian teman seangkatan mereka.

"Gue kan bukan anak OSIS, mana bisa, Sya?"

Tisya berdecak. "Bisa, Ran. Lagian bukan rapat kok, cuma ambil jadwal buat Penilaian Akhir Semester besok Senin."

Vida menolehkan kepalanya ke arah Tisya. "Lo nyuruh Rania yang bukan anggota OSIS? Kenapa enggak lo aja sih yang ambil ke sana?"

"Gue nggak ada nyuruh Rania. Gue kan nanya Rania bisa gantiin gue dulu apa enggak! Kok lo yang nyolot sih?" balas Tisya sewot.

"Hh, nanya lo bilang?" sahut Vida.

Tisya sudah bersiap untuk berdiri namun ditahan oleh Zeya yang duduk di sebelahnya. Ya, sejak perdebatan kecil antara Zeya dan Rania beberapa waktu yang lalu membuat Zeya duduk dengan Tisya dan meminta Chintya untuk duduk bersama Rania.

"Nggak usah debat, cuma ambil selebaran, kan? Gue ambilin," ucap Rania bangkit dari bangkunya dan berlalu pergi.

Tisya tersenyum sinis ke arah Vida. "Dia aja mau, kenapa lo yang keberatan? Ada masalah sama gue itu bilang!"

Rahmat yang baru saja masuk ke dalam kelas bersama Anung dan Putra langsung menghampiri Vida yang hendak bangkit dan membalas ucapan Tisya.

"Nggak perlu dibales, diemin aja," ujar Fika dengan suara yang lantang. "Cuma gara-gara cowok jangan buat kesolidan kelas bubar. Jangan jadi cewek murahan yang menghalalkan segala cara buat dapetin cowok. Itu cara paling kampungan yang pernah gue denger," lanjut Fika membuat Tisya tersindir secara halus.

"Maksud lo ngomong kaya gitu apa? Nyindir gue?"

Fika membalikkan bangkunya ke belakang dan menghadap serong kanan. "Loh, yang nyindir lo siapa, Sya? Kok lo ngerasa gitu sih?"

Nyali Tisya jadi menciut. Lantas gadis itu keluar kelas dengan perasaan yang gondok setengah mati.

"Kalian semua itu kenapa? Menghakimi satu orang dengan cara keroyokan. Itu yang kalian sebut solid?" tukas Zeya dan menyusul Tisya.

"Kalian kenapa, dah?" tanya Anung yang tidak paham dengan tingkah siswi-siswi itu.

"Lo semua nggak tau, kan? Tisya itu suka sama Kak Gesang udah lama banget. Dan kenyataannya Kak Gesang malah deket sama Rania. Kalian inget, waktu Rania kecelakaan dan masuk rumah sakit?" ujar Fika bertanya. Mereka semua mengangguk. Mereka mengingatnya.

Lihat selengkapnya