Setelah mendapat laporan dari Putra jika Rania menghilang, Gesang, Diko, Linggar, Anung, Rahmat, seluruh murid XI IPA-1 dan XII IPS-2 langsung menyebar untuk mencari keberadaan Rania. Guru-guru yang ikut panik pun langsung mengerahkan semua satpam di sekolahan ini untuk mencari Rania.
"Kok bisa Rania sampe ilang kayak gini?!" tanya Gesang marah. Laki-laki itu terlihat gusar karena sudah mencari Rania ke seluruh penjuru sekolah namun tidak kunjung menemukannya.
"Tadi itu Rania disuruh Tisya buat ambil selebaran jadwal PAS besok Senin, tapi nggak balik-balik. Gue emang nyusulin dia ke ruang OSIS, Bang, tapi gue juga nggak ketemu sama Rania. Kata anak-anak OSIS yang ada di sana, Rania sama sekali nggak ada masuk ke ruang OSIS," jelas Putra.
Gesang yang mencari bertiga dengan Putra dan Rinta sudah kualahan. Gesang pun melampiaskan kemarahan dan kepanikannya ke dinding. Gesang memukulkan tangannya yang mengepal ke dinding.
"BERENGSEK!"
Putra dan Rinta terkejut saat Gesang teriak seperti itu. Lebih terkejut lagi saat Gesang tiba-tiba pergi dengan setengah berlari. Rinta dan Putra yang kuatir dengan hal-hal yang akan Gesang lakukan langsung mengejar.
"Bang, lo mau ke mana, Bang?!" pekik Putra.
Gesang tidak membalas pertanyaan Putra dan terus mempertegas langkahnya. Rahang Gesang mengeras dan kedua tangannya mengepal.
Napasnya memburu, sudah terlalu kelewatan jika benar apa yang ada dipikirannya terbukti.
Gesang masuk ke dalam kelas XII IPS-3 dan menggebrak meja. Persetan dengan seluruh murid yang terkejut dengan kehadirannya.
"Lo, sekarang kasih tau gue di mana lo nyembunyiin Rania!" gretak Gesang di depan wajah Lusiana. Membuat gadis itu terkejut dan bangkit.
"Kamu apa-apaan sih? Dateng-dateng terus marah nggak jelas kayak gini. Kamu nuduh aku gitu? Hubungannya aku sama hilangnya Rania itu apa?" balas Lusiana dengan wajah yang ia melas-melaskan.
"LO SEMBUNYIIN RANIA DI MANA, BERENGSEK!" tanya Gesang penuh amarah.
Gea maju ke depan dan nenghadap Gesang dengan kedua lengannya yang ia lipat di atas perut.
"Nggak ada bukti kok berani nuduh? Situ waras?" sindir Gea dengan tatapan meremehkannya.
"Di depan Diko lo sok baik! Tapi di belakang? Hah," balas Gesang tersenyum miring.
"Oh ya? Muka dua dong gue? Haha, gue banget itu. Makasih ya udah ngingetin," ucap Gea dengan wajah tanpa dosanya.
Gesang menggeram kesal. Putra dan Rinta yang baru saja datang menahan lengan Gesang yang ingin menampar Gea.
"Dia cewek, Bang. Dan jangan pakai kekerasan. Kita buktiin aja siapa yang benar siapa yang salah. Gue bakal usahain secepatnya mereka dapet balasan," ujar Putra sambil menurunkan lengan Gesang.
"Sang, gue dapet kabar kalo Rania udah ketemu," celetuk Rinta sembari melihat ke layar ponselnya.
Gesang langsung menolehkan kepalanya. "Kita susul Rania sekarang."
Rinta dan Putra mengangguk.
"Lo bertiga, bakal dapet balasannya, walaupun bukan dari gue langsung," desis Gesang dan berlalu pergi diikuti Rinta dan Putra.
Lusiana kembali duduk. Jantungnya berdegub tak keruan saat Gesang mengatakan itu. Gadis itu panik dan was-was. Dua temannya juga merasakan hal yang sama.
>>><<<