GERA

disasalma
Chapter #24

#24 GERA

Genap sehari Rania berdiam diri di kamarnya. Dan tidak perlu waktu lama untuk Harven guna mengetahui semua yang terjadi pada keponakan kesayangannya. Di tangannya sekarang ada bukti rekaman cctv yang menampilkan tindak kriminal seorang siswi. Harven akan menunjukkan rekaman itu kepada Diko, agar Putra kebanggaannya itu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan lebih protect untuk menjaga Rania di sekolah.

"Udah dapet rekamannya, Pa?" tanya Diko.

"Tentu. Pihak sekolahan akan manggil siapa saja yang udah melakukan tindak kriminal kepada Rania. Mereka akan dipanggil sekaligus orang tuanya."

Diko menganggukkan kepalanya. Sedikit bisa bernapas lega. Dan perlahan Diko memutar rekaman itu lewat laptopnya di ruang kerja Harven.

Hanya terlihat rekaman Lusiana dan dua temannya menghadang Rania di dekat aula dan kemudian menarik rambut Rania menuju gudang. Hanya itu saja, tetapi sukses membuat napas Diko memburu dan meringis membayangkan jika yang ada di posisi Rania kemarin itu dirinya sendiri.

"Gimana Rania udah nggak nangis lagi, kan?" tanya Harven.

"Enggak, cuma dari semalem susah diajak ngomong," balas Diko.

"Tapi mau makan, kan?"

Diko menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu memindahkan rekaman dari laptopnya ke ponsel dan membagikan ke Linggar. Dan meminta Linggar untuk tidak membagikan kepada siapapun, termasuk Gesang. Karena Diko sendiri yang akan memberi tahu Gesang tentang ini.

"Besok Senin kamu ujian, kan?" tanya Harven. Diko menaikkan sebelah alisnya. Dari mana Papanya tahu besok Senin ujian.

"Pak Hardi yang kasih tau ke Papa," celetuk Harven diselingi tawa renyahnya.

"Kalo gitu, Diko mau ke rumah Gesang dulu. Dia harus tau tentang ini, Pa."

"Loh, buat apa?"

"Rania satu-satunya cewek yang bisa naklukin hati Gesang," ucap Diko dengan senyum gelinya.

Harven percaya tidak percaya dengan ucapan putranya.

"Yaudah kalo nggak percaya," timpal Diko terkekeh.

"Ya, ya, ya. Papa percaya. Lalu, kapan kamu move on dari Nak Valleta?" tanya Harven menggoda Diko.

"Assalamualaikum, Pa. Nanti malem Diko tidur sini," ujar Diko pamit dan berlalu keluar dari ruang kerja Papanya. Dan Harven menggelengkan kepalanya pelan. Diko memang seperti itu, akan menghindar jika ia tanyai pasal Valleta.

>>><<<

Gatra masuk ke dalam kamar Gesang tanpa permisi. Gatra hanya ingin memastikan keadaan kamar Gesang masih tetap sama seperti yang lalu-lalu. Takutnya, Gesang berulah di dalam kamar.

Sudah hampir jam sepuluh pagi tetapi Gesang masih setia dengan gulingnya. Bedcover-nya pun masih menutup seluruh bagian tubuh Gesang.

"Bocah galau ribet amat," gumam Gatra menarik bedcover.

"Woi udah siang, lo ngebo mulu perasaan!"

Gesang hanya membalas dengan gumaman tanpa berniat untuk membuka matanya.

"Gue mau jalan sama Mela sama Gizca juga, lo mau ikut nggak? Daripada galauin Rania di sini sendiri?"

Gesang melemparkan bantal ke arah Gatra. Gatra yang sigap pun menangkap bantal itu dan balik melemparnya.

"Ayolah, lo nggak kangen sama Kakak lo yang cantik itu? Mumpung Gizca enggak lagi sibuk kuliah dan nggak ada janji sama pacarnya," ujar Gatra.

"Lo kalo mau pergi sama Kak Mela ya pergi aja, Bambang! Kak Gizca biar nemenin gue di sini," balas Gesang setengah jengkel karena Gatra menganggu waktu tidurnya.

"Dih, Gizca adik gue. Suka-suka gue lah mau ajak dia apa enggak. Kalo lo mau ketemu sama dia ya ayo lo ikut gue," ujar Gatra.

"Gue lagi nggak mood pergi," sahut Gesang.

"Ya udah."

Gatra berjalan menuju pintu kamar Gesang. Saat Gesang keluar bertemu dengan Diko. Mereka menyempatkan untuk mengobrol walau sebentar.

"Sang, gue ada info buat lo tentang masalah kemarin. Tapi lo mandi dulu, biar kalo langsung cabut nggak harus nunggu lo mandi," ujar Diko.

Gesang turun dari tempat tidurnya. Mengambil baju dari dalam lemarinya dan masuk ke kamar mandi.

Lihat selengkapnya