Tiga puluh menit lagi, tiba waktunya keberangkatan Rania dan Marwah ke Bangka Belitung. Gesang mengantarkan mereka, Gesang rela bangun pagi hanya karena ingin mengantarkan Rania ke bandara.
Semalam, Diko juga memberi tahu jika hari ini, lebih tepatnya sore nanti akan pergi ke Singapore untuk survei kampus. Karena Diko berniat akan melanjutkan kuliahnya di sana. Linggar dan Gesang merasakan hal berat saat Diko mengatakan itu. Satu per satu dari mereka akan sibuk dengan dunia masing-masing. Gesang kuliah di Jogja, Diko kuliah di Singapore, dan Linggar ingin tetap di Jakarta.
"Gue belum sempet pamitan sama Kak Gantan," cetus Rania lirih.
"Nanti biar gue yang ngomong ke Bang Gantan. Terus gimana temen-temen lo?"
"RAP?" tanya Rania memastikan dan mendapat respon anggukkan dari Gesang.
"Mereka udah tau, semalem gue ketemu sama mereka. Sama yang lain juga sih. Ada Tisya, Zeya, Vida, Fika, ah pokokknya hampir sekelas lah. Mereka dateng ke rumah," ujar Rania.
"Tuh, banyak yang seneng lo di sini. Makanya jangan lama-lama di sana," pungkas Gesang.
Rania terbelalak. "Masa sih? Lo kali yang nggak mau gue lama-lama liburan di sana?" tebaknya.
"Kok tau?" balas Gesang dengan senyum penuh artinya. Rania mendengus dan mengusap wajah Gesang kasar. Membuat laki-laki itu menarik hidung Rania gemas.
"Sakit!"
Gesang tertawa renyah merangkul bahu Rania. "Berapa lama emang?" tanyanya.
"Sebelum masuk sekolah gue balik," kata Rania.
"Lama banget," gumam Gesang.
Rania teringat sesuatu, lalu tangannya merogoh slingbag yang sama ia kenakan kemarin saat di puncak. Tindik bongkar pasang berwarna hitam dengan bentuk pipih milik Gesang itu masih Rania bawa. Dan sekarang Rania mengembalikannya.
"Gue balikin, tapi lo lebih ganteng nggak pake ginian. Terus selama gue pulang kampung lo jangan macem-macem!"
"Macem-macem apa sih?"
"Jangan bakar banyak-banyak! Jangan pergi dugem!"
Gesang mengerutkan keningnya. "Gue kan cuma main doang kalo ke tempat dugem, nggak minum, suer dah!"
"Ya, bodoamat. Terus satu lagi, kalo ketemu Galvan di manapun dan kapanpun jangan berantem, plis," pinta Rania.
Gesang menggelengkan kepalanya. "Nggaklah, emang lo pernah pergokin gue berantem sama cowok lo?"
"Nggak pernah sih, gue cuma wanti-wanti aja sama lo," ujar Rania. Gue cuma nebak, Sang. Gue yakin pas gue dirawat karena kecelakaan dan lo ngejauh itu karena lo habis berantem sama Galvan. Dan saat itu juga lo tau kalo gue pacaran sama dia.
Gesang mengusap puncak kepala Rania. Gadisnya ini akan pergi lama, pasti ia sangat rindu nanti.
"Ayo, Ran. Nanti ketinggalan pesawat loh," ujar Marwah sembari memasukkan ponselnya ke dalam tas jinjing. "Nak Gesang, Tante sama Rania pergi dulu. Kamu baik-baik ya, di sini, Rania aman kok sama Tante," sambungnya berkata kepada Gesang.
"Iya, Tante. Hati-hati, salam buat keluarga di sana," balas Gesang menyalimi tangan Marwah.
Mereka bertiga bangkit dari bangku di ruang tunggu. Gesang memeluk Rania sekilas dan menepuk kedua pipi gadis itu.
"Jaga diri baik-baik lo! Jangan lirik yang cakep-cakep di sana. Kasihan cowok lo ntar," kekeh Gesang.
Rania hanya berdecak pelan dan memilih menarik kopernya menjauh dari Gesang bersama Marwah yang sudah lebih dulu pergi.
Gesang tersenyum melihat punggung Rania yang semakin menjauh. Tidak apa untuk saat ini Rania pergi lama, yang penting saat Rania di sana, komunikasi tetap lancar. Itu sudah cukup untuk Gesang.