Hari ini, Gesang sudah berjanji untuk menemani Lusiana bertemu dokter pribadinya. Lusiana harus check up.
Gesang akan mencoba berdamai dengan hatinya. Gesang sudah berjanji kepada Lusiana untuk berada di samping gadis itu. Sahabat harus bisa memenuhi keinginan sahabatnya. Apalagi janji, janji itu harus di tepati.
"Udah lama? Maaf ya tadi aku harus bantuin Mama nyiapin makanan buat acara arisan ibu-ibu kompleks," kata Lusiana diakhiri kekehan kecilnya.
Gesang menganggukkan kepalanya dan meminta Lusiana untuk mengenakan sabuk pengaman.
"Ada telepon masuk tuh," ucap Lusiana menunjuk ponsel Gesang yang disimpan di spot antara jok kemudi dan jok yang ia tempati.
Gesang meraih ponselnya dan melihat id caller di layar ponselnya. Baru saja hendak ia terima, panggilan tersebut sudah berakhir. Gesang kembali menyimpan ponselnya dan akan menghubungi Rania balik nanti.
"Siapa?" tanya Lusiana.
"Rania."
Lusiana menghela napasnya berat. "Dia sering nelpon kamu?"
"Banget. Kenapa emang?"
"Terus pacarnya? Kasihan ya Galvan diduain sama pacarnya sendiri," tukas Lusiana sinis, menyindir orang yang kini berada di luar kota.
"Gue sama Rania cuma temenan nggak lebih, Na. Lo kenapa sih?"
"Harus berapa kali sih aku bilang sama kamu, kalo aku nggak suka kamu deket sama Rania. Lagian sekarang kamu lagi sama aku, jangan komunikasi dulu lah sama dia. Hargai aku dong," ketus Lusiana kesal.
Gesang mendesah pelan. "Rania lagi di Bangka Belitung. Gue nggak bisa selalu ketemu sama dia, makanya komunikasi terus. Biar nggak renggang hubungannya," kata Gesang.
"Terserah deh," sahut Lusiana sudah terlanjur bad mood.
"Jangan ngambek lah, gue kan udah bilang semalem, gue nggak bisa samain posisi lo sama Rania. Rania itu prioritas gue, baru lo, Lusiana," ucap Gesang mengulang yang semalam.
Lusiana hanya bisa berdehem. Bodoamat sama itu. Yang penting sekarang gue bisa deket sama lo lagi, Sang. Saingan sama Rania juga nggak masalah.
>>><<<
Di sisi lain, Linggar sedang berada di kedai kopi milik Gantan. Laki-laki itu kesepian karena Diko sekarang berada di Singapore untuk survei kampus dan Gesang sudah sejak pagi pergi keluar rumah. Linggar tidak tahu laki-laki itu kemana, Bu Tuti, dan Gatra juga tidak tahu.
"Liburan gabut banget gini," gumam Linggar sembari memutar-mutar gelasnya yang berisi kopi susu.
Gantan dan bartender lainnya yang melihat Linggar tidak seceria biasanya hanya bisa tertawa kecil. Linggar akhir-akhir ini sering ke kedai kopi, bersama Diko. Linggar juga sering menggoda gadis-gadis yang menjadi pelanggan di kedai ini. Tidak jarang juga Linggar menyumbangkan suaranya di live music yang ada di sudut ruangan.