GERA

disasalma
Chapter #38

#38 GERA

Linggar dan Gesang mengunjungi rumah papa Diko. Seharian kemarin ponsel Diko tidak aktif, dan tumben-tumbenan Diko tidak mengajak ke kedai Gantan semalam. Maka dari itu, Linggar mengajak Gesang untuk ke rumah Diko.

Diko sendiri yang dikunjungi masih setia dengan kasurnya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 01.35 PM. Dan Diko masih menyelimuti dirinya dengan bedcover, serta tirai balkonnya yang masih tertutup rapat.

"Kebo banget nih bocah," cibir Linggar menarik bedcover Diko.

Gesang memilih untuk duduk di sofa bed, sembari membalas pesan dari Rania yang memberi kabar jika gadis itu sedang pergi liburan bersama semua teman satu kelasnya ke Dufan.

"Ko, bangun napa sih, Ko?" omel Linggar. Diko hanya mengerang kecil dan mengubah posisi tidurnya menjadi miring ke kanan; membelakangi Linggar.

"Ye, si bloon dibangunin juga!"

Gesang mendongak, melihat Linggar yang sedang sibuk menarik-narik guling yang ada dipelukan Diko.

"Jangan diganggu, Gar. Kali aja capek dia abis jalan-jalan sama Valleta," ujar Gesang membuat Linggar membulatkan matanya dan memekik pelan.

"Lo bilang apa tadi, Sang?"

"Mungkin Diko capek abis jalan-jalan sama Valleta," ulang Gesang.

Linggar tertawa nyaring. Lelucon apa yang sedang Gesang lontarkan? Masa iya Valleta jalan dengan Diko kemarin? Bagaimana bisa itu terjadi?

"Gitu tuh tampang-tampang nggak percayaan sama gue!" sungut Gesang melempar Linggar dengan bantal kecil.

"Lo kocak sih, ya kali Valleta di sini," ujar Linggar masih tidak percaya dengan ucapan Gesang.

"Malem minggu kemarin gue ke mana?" tanya Gesang.

"Kondangan ke nikahannya temen Bang Gatra. Lo sama Rania. Kenapa emang?"

"Nah, ternyata oh ternyata, Satria itu sepupunya Valleta. Saudara jauh sebenernya. Au ah nggak tau gue. Intinya Satria sama Valleta itu satu kakek."

Linggar melongo mendengar itu semua. Jadi benar kemarin Diko jalan-jalan dengan Valleta. Oh pantas, ponselnya pasti dimatikan. Agar tidak terganggu dengan notifikasi yang sering menggoda hati untuk membukanya.

"Alhamdulillah, Diko ketemu lagi sama Valleta yang cantik jelita kayak Supassara," ucap Linggar.

"Makin seksoy nggak, Sang?" tanya Linggar  becanda tapi sukses mendapat tabokan keras, bukan berasal dari Gesang, melainkan dari Diko.

"Mulut lo, anjir. Jangan seenak jidat lo sama Valleta!" hardik Diko.

Linggar nyengir. Kemudian memukul tubuh Diko menggunakan bantal yang ia pegang.

"Melek juga lo akhirnya. Mandi sono lo, jam segini baru bangun!"

Lihat selengkapnya