GERA

disasalma
Chapter #39

#39 GERA

Setelah kejadian kemarin Lusiana tidak berani mengirim pesan kepada Gesang. Gadis itu juga langsung berbicara pada mamanya agar tidak sering membahas tentang rasa traumanya. Lusiana juga menghubungi Rahma, mama Gesang, agar selalu menekan Gesang agar mau menyetujui perjodohan yang sampai kapan pun akan Lusiana tunggu hari yang akan menjadi hari pertunangannya bersama Gesang.

Lusiana tidak akan membiarkan seorang pun bisa mendapatkan Gesang jika saja Gesang juga tidak bisa ia dapatkan.

Lusiana ingin segera sembuh dari rasa trauma yang selalu mebelenggunya. Tetapi jika suatu saat nanti ia sembuh, apa yang akan ia jadikan alasan agar Gesang tetap berada di sisinya?

>>><<<

"Ngambek kenapa sih, lo?" tanya Gesang yang jengah karena Rania mendiamkannya dari beberapa saat yang lalu.

"Gue kan semalem udah minta maaf. Gue nggak bisa angkat telepon dari lo, Rania. Gue kan juga udah minta tolong Bang Gantan buat nemenin lo pergi cari makan," ujar Gesang mencoba membujuk Rania agar mau menoleh ke arahnya.

"Kalo seandainya semalem gue bisa nemenin lo, pasti gue langsung ke sini," lanjutnya.

Rania masih diam. Membuat Gesang mendengus pelan dan menyenderkan tubuhnya di bangku teras depan rumah Rania.

"Rania, Gesang, Tante mau berangkat dulu ya. Kalian kalo mau pergi jangan lupa pamit sama Mang Burhan!" Marwah datang dari dalam rumah dengan stelan rapi serta jas kebesaran seorang dokter yang tersampir di lengan kanannya.

"Iya, Tante," balas Gesang sembari meraih punggung tangan Marwah dan menciumnya. Begitupun dengan Rania.

Marwah lantas berjalan menuju mobilnya dan pergi.

"Kalo lo masih ngambek mending gue pulang aja," tukas Gesang bersiap untuk bangkit tetapi tangan Rania mencekal lengannya.

Gesang menolehkan kepalanya, menatap kedua manik mata Rania yang indah dan selalu menyita perhatiannya. Senyum manis melengkung indah di wajah Gesang dapat melihat wajah Rania serinci ini.

"Gue nggak ngambek sama lo. Gue cuma kesel aja, emang lo ke mana sih semalem?"

Gesang menggelengkan kepalanya. "Privasi gue, Ran. Nggak penting juga kemarin gue ke mana. Yang penting kan sekarang gue ada di sini. Sama lo," katanya dengan senyum pongah membuat Rania memutar bola matanya jengah.

"Au ah kesel gue sama lo!" sungut Rania.

Gesang mengacak gemas puncak kepala Rania dan mengeluarkan sebatang cokelat dari dalam saku hoodie-nya.

"Yakin masih mau kesel sama gue?" tanya Gesang sembari mengiming-imingi Rania dengan cokelat yang ia goyang-goyangkan.

"Nggak mau ya udah," sambung Gesang hendak menyimpan kembali cokelatnya, namun tertahan karena Rania menyambar cokelat itu.

"Kalo mau ngasih tuh ya jangan diambil lagi. Ikhlas nggak sih?"

"Dih, apaan sih lo?" balas Gesang dengan tatapan sinis ke arah Rania.

Sedangkan Rania sendiri mengendikkan bahunya tidak peduli dan membuka kertas yang membungkus cokelatnya. Gadis itu menikmati sendiri cokelat yang ia pegang, tidak berniat sedikitpun untuk berbagi dengan Gesang.

Dan Gesang yang merasa tidak dipedulikan hanya bisa diam dan bersabar menunggu mood Rania kembali seperti sediakala. Mungkin Rania sedang kedatangan tamu, jadi bawaannya sensi mulu.

Mata Gesang langsung tertuju pada layar ponsel Rania yang menyala. Ada pesan baru yang masuk, Gesang berinisiatif mengambil ponsel Rania dan melihat pesan itu dari siapa.

Lihat selengkapnya