Mencuri kunci pintu hati Diko memang sulit. Apalagi Diko masih mencintai Valleta, alumni hatinya. Tetapi Gea masih senantiasa mencoba menyelinap masuk ke dalam kehidupan Diko beberapa hari ini.
"Ko, nanti nonton yuk? Ada film bagus nih," ajak Gea sembari memperlihatkan jadwal pemutaran film yang bagus akhir-akhir ini.
"Baru juga masuk sekolah udah mau nonton aja. Fokus ujian dulu, nontonnya entaran, Ge," sahut Diko sedikit ketus karena dirinya sedang membaca materi biologi yang sering keluar di Try Out.
"Kan kita berdua belum pernah nonton bareng? Sekali-sekali kenapa sih, Ko?" dumel Gea dengan bibir yang dikerucutkan.
"Gue nggak bisa."
Gea mematikan ponselnya dan meletakkan di atas meja. Gadis itu melirik buku yang sedang menyita perhatian Diko. Melihat deretan huruf dan beberapa gambar saja sudah membuat Gea meringis. Gea tidak suka biologi. Gadis itu lebih menyukai opreasi matematika. Dia lebih memilih untuk menghitung daripada mengingat.
"Lo nggak belajar? Minggu depan ada Try Out lagi, kan?"
Gea menganggukkan kepalanya. "Iya nanti gue belajar," katanya.
"Kalo sekarang bisa, kenapa harus nanti? Sana gih ke kelas, belajar!"
Gea mendengus pelan dan bangkit dari bangku Pipit, teman semeja Diko.
"Yaudah gue ke kelas dulu. Nanti pulangnya tungguin gue, gue berangkat sama lo, pulangnya juga harus sama lo," pungkas Gea dan Diko membalas dengan deheman.
Saat Gea sudah pergi barulah Diko bernapas lega. Diko harus banyak-banyak bersabar menghadapi Gea. Bukan tanpa alasan Diko sekarang dekat dengan Gea. Itu semua karena Gea selalu datang ke rumahnya, berbuat baik padanya, tidak mungkin kan jika Diko tidak membalas kebaikannya?
Salah satu cara Diko untuk membalas itu semua dengan memperbolehkan Gea mengisi hari-harinya. Walaupun terkadang, Diko dibuat jengkel karena Gea sering semaunya sendiri.
"Nyebelin lo, Ko!" hardik Linggar yang baru saja datang bersama Gesang.
"Tadi gue di perpus cuma berdua sama Rinta, katanya lo mau nyusul!"
Diko mengendikkan bahunya dan mengabaikan Linggar.
"Lo juga, Sang!"
"Lah kok gue, sih?"
"Iyalah! Katanya mau belajar di perpus, kok tadi malah ke kantin sama Lusiana?"
Gesang nyengir dan duduk di bangkunya. "Lusiana yang ngajak, salahin dia gih," balasnya.
"Bodo amat dah, lo berdua nggak asyik!"
Diko menutup bukunya dan berdecih. "Gitu aja ngambek lo kayak cewek PMS! Bukannya seneng berduaan sama Rinta malah marah-marah!"
Linggar mengacak rambutnya dan menggeram kesal. "Jangan keras-keras ngomongnya, Diko! Lo ah bego banget sih!"
"Napa sih lo?" sahut Diko yang mulai kesal dengan Linggar.
Linggar diam dan menenggelamkan kepalanya di lekukan tangannya yang ada di atas meja. Gesang yang melihat itu hanya bisa terkekeh dan berbalas kode dengan Diko.
"Sil, Rinta di mana?" tanya Gesang kepada Silvi, teman semejanya.
"Lah katanya tadi di perpus sama Linggar," jawab Silvi.
"Itu kan tadi, gue nanya yang sekarang," sergah Gesang.
"Nggak tau juga gue, Sang. Sama cowoknya kali," balas Silvi sembari mengeluarkan buku mapel selanjutnya.
Gesang mengangguk-anggukkan kepalanya dan mengode Diko. Diko juga sudah bertanya dengan Pipit dan benar Rinta sedang bersama Putra.
"Sang, gue mau nanya deh," ucap Silvi dengan suara yang sedikit dipelankan.
Gesang pun menoleh dan menunggu Silvi kembali mengeluarkan suaranya.