GERA

disasalma
Chapter #44

#44 GERA

Setelah bercerita banyak hal tentang Gesang, Gizca dan Gantan pamit pulang karena hari semakin gelap. Gantan juga harus ke kedai.

Bertemu Gizca, Rania cukup bahagia karena bisa mengetahui banyak hal tentang Gesang. Dari Gesang kecil hingga Gesang sebesar sekarang. Ternyata Gesang kecil sangat menggemaskan. Kata Gizca, Gesang itu orangnya ramah kepada siapa saja, jarang marah kalau memang bukan permasalahan besar, Gesang juga tipikal orang yang mudah melupakan masalah, Gesang yang dulu tidak sebandel Gesang yang sekarang. Alasan Gesang berubah itu bukan sepenuhnya karena kondisi keluarganya, melainkan juga karena pergaulannya. Rania tahu itu.

"Ran, gimana hubungan kamu sama Galvan?" tanya Marwah yang baru saja duduk di sebelah Rania.

"Masih break. Kenapa Tante Mar nanyain itu?"

"Enggak apa-apa. Tante pengin kamu fokus sekolah dulu. Tante nggak mau fokus kamu untuk belajar terpecah sama hal yang mungkin terlalu dini buat kamu mengerti. Memang Ayah sama Bunda kamu mengizinkan kamu untuk pacaran, tapi Tante rasa kamu belum cukup mengerti tentang itu. Ya, memang wajar remaja seusia kamu itu mulai menyukai lawan jenis atau pacaran. Tapi lebih baik kalo seusia kamu gini fokus sama pendidikan, boleh menyukai lawan jenis tapi sewajarnya saja. Justru lebih baik kalo kalian itu bersahabat. Saling menyayangi enggak harus pacaran, kan?"

Ucapan tantenya memang benar. Rania setuju akan hal itu. Break dengan Galvan sedikit mengurangi kecemasan dipikirannya. Rania tidak lagi memikirkan Galvan yang selalu sulit memberi kabar. Rania jadi semakin lega merasakannya.

"Kalo seandainya nanti kamu putus sama Galvan, kalian enggak harus musuhan kok. Kalian dari awal kenal baik-baik enggak mungkin juga akhirnya bakal musuhan, kan?" Marwah kembali mengeluarkan pendapatnya.

"Iya, Tante Mar. Aku juga emang udah pasrah aja kalo bakal putus sama Galvan. Tapi ini emang belum saatnya. Kalo seandainya Galvan bisa berubah, aku-nya juga masih mau bertahan ya nggak nutup kemungkinan juga buat lanjut sama Galvan. Cuma di sisi lain itu, aku ngerasa kalo perasaanku juga udah sepenuhnya bukan buat Galvan," ucap Rania, "dan seperti yang Tante bilang tadi, aku harus fokus belajar."

Marwah mengusap lembut puncak kepala keponakannya. Memberitahu Rania secara pelan dan tidak menuntut pasti akan diperhatikan. Menurut Marwah, Rania itu penurut, hatinya lembut, Rania tidak perlu diberitahu dengan cara kasar, mengobrol seperti tadi saja Rania pasti akan mengerti dan mencerna.

"Ya udah gih, tidur sana!" titah Marwah. "Besok kamu sekolah, kan? Tante nggak mau ya kamu bangun kesiangan," peringatnya.

Rania tersenyum dan hormat kepada Tantenya.

Marwah tersenyum juga dan berkata, "Lupain semua yang udah kamu lalui. Lupain kalo kamu lagi break sama Galvan. Fokus belajar."

>>><<<

Anung berdehem membuat Rania yang sedang membaca buku menolehkan kepalanya.

"Eh Anung. Udah berangkat?"

"Udahlah, kan gue udah di sini," balas Anung. Anung memegang wajah Rania dan mengarahkan ke wajahnya.

"Lo lagi seneng ya, kenapa?" tanya Anung.

Rania menggelengkan wajahnya. Tangan Anung juga sudah tidak lagi memegangi wajahnya.

"Tiap hari gue begini kali," balas Rania menyangkal.

"Heh! Lo berdua mepet terus perasaan!" Fika datang bersama Rahmat dan Vida.

Anung mengerutkan keningnya dan tersenyum pongah. "Cemburu bilang dong, Fik," kelakarnya.

Fika hanya menjulurkan lidah dan memberikan papperbag berisi cup cake.

"Titipan dari kak Gantan buat lo. Itu dibuatin sama nyokapnya, tadi gue mampir rumah dia terus dia nitip itu buat lo," ucap Fika.

Rania mengangguk dan mengatakan, "Makasih ya, Pikachu, sepupunya kak Gantan."

Fika tersenyum. "Sama-sama, Rania."

"Ini Tami, Putra, Chintya, Lara, Zeya, sama Tisya belum berangkat? Tumben amat dah," celetuk Vida.

"Au tuh," timpal Rahmat.

"Minggir Nung, gue mau duduk!" usir Vida pada Anung yang duduk di bangkunya. Anung pun langsung bangkit dan duduk di bangkunya sendiri.

"Rania, are you okay?" Kali ini Vida yang bertanya karena melihat wajah Rania yang ingin terlihat bahagia tetapi dari matanya ada sedikit sorot yang entahlah sulit dijelaskan.

"Gue baik-baik aja. Dari kemarin gue kayak gini nggak lo tanyain," dengus Rania. Vida terkekeh pelan dan merangkul Rania.

"Beb, tadi gue ketemu sama bang Gesang. Dia berangkat bareng sama Lusiana," kata Rahmat.

"Ya terus? Hubungannya sama gue?"

Lihat selengkapnya