Lagi-lagi hari ini Rania terlambat datang ke sekolah untuk kedua kalinya dengan alasan yang sama. Begadang menonton video parkur ditambah semalam Rania menonton Liga Spanyol bersama Diko.
Sekarang Rania sedang berdiri di bawah teriknya cahaya matahari pagi dengan berhormat ke arah bendera yang ada berkibar atas sana. Hampir sepuluh menit Rania berdiri di tempat ini setelah tadi ke ruang kesiswaan untuk mengumpulkan buku saku. Sudah dapat poin dihukum pula.
"Kak Diko enak berangkat siang karena simulasi lah gue? Udah telat, dapet poin, dihukum juga," dumel Rania dengan nada pelan.
Dengan jarak yang lumayan jauh, ada tiga siswi yang terus memandangi Rania padahal jadwal kloter pertama simulasi segera dilaksanakan.
"Na, gue udah nggak pernah lihat dia deket sama Gesang lagi selama ini," celetuk Vita sembari merapikan dasinya.
"Sama gue juga. Kayaknya dia udah sadar diri deh," tambah Gea membuat Lusiana tersenyum miring.
"Kalian berdua emang nggak lihat itu cewek deket sama Gesang lagi atau sama temen-temen Gesang. Tapi dia selalu tukar kabar sama Gesang. Bahkan Gesang selalu gercep kalo dapet pesan dari dia," jelas Lusiana dengan nada suara tidak suka.
"Kok lo tau?" balas Vita langsung mendapatkan toyoran dari Gea.
"Plis deh jangan lemot. Lo lupa sekarang Gesang kayak gimana ke Lusiana? Ya jelas Lusiana tau!" geram Gea.
Vita terkekeh pelan. "Oh iya. Lo berdua mah enak ya sekarang udah bisa deket sama Gesang atau Diko. Lah nasib gue? Linggar kalo gue deketin langsung pergi. Nyesek banget rasanya," kata Vita mendramatisir.
"Salah lo juga sih, dulu kenapa lo sia-siain Linggar? Tanggung sendiri tuh akibatnya!" hardik Gea.
"Berisik banget deh!" sungut Lusiana membuat Gea dan Vita yang sedang ribut seketika diam. Lusiana menarik kedua sahabatnya untuk pergi saat melihat pergerakan tubuh Rania yang hendak berbalik. Sebelum ketahuan memantau, lebih baik pergi.
Kembali ke Rania, gadis itu mengusap keringat yang membasahi keningnya dan berjalan ke pinggir lapangan. Rasanya sangat haus dan kakinya pegal berdiri selama lima belas menit.
Rania menghela napasnya pelan dan bangkit. Gadis itu menenteng tottebag yang ia gunakan untuk membawa buku mata pelajaran hari ini.
Kakinya melangkah ke arah kantin, bukan ke kelas. Bolos jam pelajaran untuk pertama kalinya Rania bersekolah di SMA Tirta Jaya.
"Gue ke kelas juga tanggung udah mau bel ini. Lumayan cuma ngikut pelajaran Matematika Peminatan sejam doang," gumam Rania berjalan ke arah stand yang menjual aneka ragam makanan dan minuman. Rania membeli sebotol air mineral dan duduk di bangku yang tidak jauh dari stand itu.
"Telat ya, Neng?" tanya salah satu penjual kepada Rania.
Setelah menenggak setengah minumannya Rania mengangguk dan tersenyum kaku.
"Eneng ini yang waktu itu pernah rame gara-gara deket sama Mas Gesang, kan?"
Rania menaikkan sebelah alisnya. Penjual kantin sampai tau tentang itu? Rania cukup terkejut. Ternyata bukan hanya murid-murid yang membicarakannya. Para penjual di kantin pun agaknya ikut membicarakannya.
"Iya kali, Bu," balas Rania.
"Kok jawabnya ragu gitu, Neng? Terus kenapa sekarang nggak deket lagi sama Mas Gesang? Padahal cocok loh."