Bel pulang baru saja terdengar. Rania tidak langsung pulang karena ada kegiatan ekstrakurikuler musik bersama Trio RAP lima belas menit dari sekarang.
Waktu senggang ini gadis itu manfaatkan untuk menemui Gesang di dekat Lab. Komputer. Berhubung dijam ini Gesang sudah selesai simulasi.
Rania menunggu di depan Lab. Komputer. Berdiri menyender ke dinding dan memainkan ponselnya. Ada notifikasi masuk dari Tisya. Kira-kira pesannya berisi seperti ini : Rania, jangan lupa ya😉!
Rania menghela napas dan membalas pesan Tisya dengan kata "OKE" lalu kembali menyimpan ponselnya.
"Loh ada Rania, nyariin Gesang?" Rinta menyapa Rania ketika melihat gadis itu berdiri di depan Lab. Komputer.
"Eh, Kak Rinta. Iya nih, Gesang udah selesai belum simulasinya?"
Rinta menganggukkan kepalanya. "Udah kok, bentar lagi juga keluar. Gue duluan ya?" ucap Rinta dan berlalu pergi.
Setelah menunggu Gesang sekitar satu menit. Laki-laki itu keluar bersama kedua sahabatnya sambil bercanda. Rania tersenyum melihat tawa lepas Gesang.
"Sang," panggil Rania membuat Gesang menghentikan tawanya dan menoleh ke arah Rania. Diko dan Linggar yang paham dengan tatapan kedua orang itu langsung menjauh. Tidak mau menganggu.
Gesang celingukan kesana-kemari. Rania yang melihatnya hanya bisa tertawa pelan dan menepuk bahu Gesang sekali.
"Nyari apa sih?" tanya Rania.
Gesang terpaku dengan senyum Rania untuk beberapa saat. Kemudian mengedipkan matanya dan tertawa kikuk. Gesang menjawab, "Nyari mata-mata. Ntar kalo ketauan gimana?"
"Ya nggak gimana-gimana," balas Rania mengulurkan tangannya untuk menepuk kedua pipi Gesang gemas karena wajah laki-laki itu terlihat kebingungan.
"Gue sama lo, nggak perlu backstreet sahabatannya. Jadi kita bebas mau deket di mana aja," ujar Rania.
"Lo serius? Terus Tisya?" tanya Gesang setengah berbisik.
"Serius lah. Lebih baik mencintai diri sendiri ketimbang orang lain. Pikirin aja diri sendiri dulu, baru orang lain. Lagi pula, Tisya nggak ada hak kan buat ngatur-ngatur gue?" tukas Rania terlihat santai walaupun dalam hati sedikit merutuki kebodohannya. Itu yang sebelumnya ia lakukan, bukan?
"Tapi lo turutin kemauan dia waktu itu!" sahut Gesang berdecak kesal.
Rania terkekeh. "Itu dulu, kemarin, dan tadi, mungkin. Tapi mulai sekarang, kita nggak perlu jaga jarak di sekolah. Atau sembunyi-sembunyi dari semua orang kalo kita mau ketemu," katanya.
Gesang langsung menempelkan punggung tangannya ke kening Rania. Mengecek suhu tubuh Rania, ternyata masih normal. Rania tidak sakit.
"Lo kira gue sakit, apa?!" gerutu Rania.
"Iya. Aneh sih lo soalnya. Nggak ada hujan nggak ada angin ya cuma hawanya panas sih, terus lo tiba-tiba bilang kayak gitu. Beneran kan ini?"
"Beneran, Gesang," balas Rania jengah. Gue deket sama lo lagi, Sang. Tapi gue juga harus bantuin Tisya buat deket sama lo. Apa pun itu, gue nggak peduli. Yang penting, temen gue seneng, lo seneng, gue juga seneng.
Gesang merangkul Rania dan mengajak gadis itu pergi ke kantin. Gesang tahu hari ini Rania pulang lebih sore karena ada ekstra. Gesang tidak mau Rania terlambat makan dan gadis itu sakit.