GERA

disasalma
Chapter #52

#52 GERA

Berhubung hari ini kelas XII ada Try Out jadi upacara bendera yang digelar setiap hari Senin ditiadakan. Mungkin itu terjadi pula di beberapa sekolah lain.

Kebetulan ruangan yang ada di SMA Tirta Jaya cukup memadai, alhasil seluruh murid bisa melakukan aktivitas belajar mengajar seperti biasanya dan tidak ada kendala apa pun.

Try Out akan dilaksanakan pukul 07.45 WIB. Dan masih ada 45 menit lagi untuk Rania bisa bertemu dengan Gesang.

"Pagi, Sya," sapa Rania kepada Tisya yang sudah duduk di bangkunya. Rania menatap Tisya penuh bingung karena Tisya diam. Tidak membalas sapaannya.

"Kenapa dah, Sya, sariawan ya?"

Mendapati Tisya yang masih diam, Rania lantas mengendikkan bahunya dan keluar kelas begitu saja. Rania akan menemui Gesang sekarang karena laki-laki itu tadi memberi kabar jika sudah ada di depan ruangan bersama teman-teman seruangannya.

Hanya butuh waktu sebentar untuk Rania sampai di ruang TO Gesang. Rania tersenyun melihat Gesang sedang membaca buku dengan salah satu telinga yang tersumbat earphone.

"Pagi-pagi udah diapelin aja nih," celetuk Linggar mengundang gelak tawa yang lain. Entah mereka tertawa karena apa.

Yang jelas Gesang sekarang tersenyum ke arah Rania dan disambut senyuman juga oleh Rania.

"Syirik aja!" sahut Gesang. Gesang menyuruh Diko agar sedikit geser, memberi ruang untuk Rania duduk.

"Woi, Ko, geser napa Ko, geser!" seru salah satu teman sekelas Gesang dan kedua sahabatnya.

"Diko nggak peka!" cibir yang satunya.

Diko terkekeh dan geleng-geleng kepala pelan. "Kok gue yang kena?" cetusnya.

"Ya lo nggak peka, Gesang mau ekhem-ekhem sama Rania. Lo geseran dikit napa, pindah ke sini juga boleh," tambah Linggar sambil menggerlingkan mata.

"Males gue, Gar. Udah posisi enak di sini," balas Diko cuek.

Gesang mendorong pelan bahu Diko dari belakang tubuh Rania. Laki-laki itu menyeletuk, "Jangan mepet-mepet lo, Bucinnya Valle!"

"Halah berisik aja lo!" balas Diko, "hati masih plin-plan aja belagu!" cibirnya.

Gesang melotot tajam.

"Canda, Sang, takut banget digampar Rania," cibir Diko lagi.

"Kalian bisa diem nggak? Ngertiin dong yang di dalem lagi belajar!" sungut Pipit dari ambang pintu. Mereka yang ada di luar, termasuk Rania, langsung menolehkan kepalanya.

"Iya, Pit. Sori, nggak usah ngegas gitu," balas Linggar.

Pipit mendengus pelan dan kembali ke tempat duduknya.

"Gue juga mau belajar ah, Gesang sama Rania nggak asyik!" cetus Diko memilih pindah duduk di samping Linggar.

Lihat selengkapnya