GERA

disasalma
Chapter #55

#55 GERA

Hari ini Gesang sudah tidak ada Try Out lagi, dan hari ini juga Gesang akan mendapatkan hasil perolehan nilainya. Hasil TO keempat ini cepat sekali keluar, membuat Gesang sedikit cemas dengan nilai yang akan ia dapatkan.

"Sang, ke mading sono jangan gemeteran di sini," cibir Silvi yang baru saja masuk bersama Rinta.

"Siapa yang gemeteran? Gue cuma cemas aja sama nilai gue," balas Gesang mengelak. "Gue takut TO kemarin nggak optimal," sambungnya.

"Udah sana lihat dulu hasil TO lo," titah Rinta, "Diko sama Linggar juga di sana kok."

Gesang menganggukkan kepalanya dan bergegas menuju mading yang ramai dan menampilkan hasil TO kemarin. Gesang menunggu giliran untuk melihatnya.

"Sang, nilai gue peningkatannya memuaskan! Seneng banget gue asli," seru Linggar sampai memeluk Gesang karena kegirangan.

"Iya iya, selamat, Gar. Hasil nggak pernah mengkhianati usaha. Semangat TO selanjutnya," ujar Gesang. Linggar mengangguk dan mengajak Diko untuk ber-highfive.

"Lo gimana, Ko?" tanya Gesang. Gesang jengah melihat wajah Diko yang sejak kemarin datar nan dingin.

"Satu mapel kemarin nilai gue masih pas sama Skor Ketuntasan Minimal, kalo yang dua aman-aman aja," jawab Diko.

"Nggak masalah. Masih ada hari esok, semangat TO lo," sahut Gesang.

Diko menganggukinya.

Gesang melihat nilai yang ia dapatkan selama tiga hari berjuang kemarin. Gesang mengambil gambarnya dengan ponsel dan ia kirimkan untuk papanya.

"Alhamdulillah," ucap Gesang bersyukur. Laki-laki itu kembali bergabung dengan Linggar dan Diko.

"Gue nanti mau jengukin Rania, lo berdua ikut nggak?"

"Rania sakit apa?" tanya Diko basa-basi.

"Demam kali, dari kemarin ngeluh pusing," jawab Gesang.

"Doi sekarang nggak berangkat dong?" Kali ini Linggar yang bertanya.

"Iya."

"Nanti kita berdua ikut, tapi gue balik dulu mau ganti baju. Lo gimana, Ko?" Linggar menepuk bahu Diko membuat Diko menolehkan kepalanya.

"Gue ikut lo aja balik ke rumah," ucap Diko. Linggar mengangguk dan merangkul sahabatnya itu. Linggar paham dengan keadaan Diko sekarang ini.

"Sip. Nanti langsung ke rumah Rania aja, gue juga mau balik dulu," cetus Gesang.

>>><<<

Mobil Gesang berhenti di depan toko kue langganan omanya. Gesang akan membelikan Rania kue. Laki-laki itu sudah mengirimkan pesan kepada Rania jika ia akan datang menjenguk.

Gesang keluar dari mobilnya dan berjalan santai masuk ke dalam toko itu. Langkahnya terhenti saat melihat Galvan berjalan ke arahnya, lebih tepatnya arah mau keluar toko. Galvan tidak sendiri, ada perempuan yang menggendong bayi di samping Galvan. Itu tentu membuat kening Gesang berkerut tajam dan bertanya-tanya, siapakah perempuan dan bayi itu?

Galvan sendiri hanya diam mendapati Gesang yang terlihat kebingungan. Galvan merangkul calon istrinya dan buru-buru keluar.

Saat Galvan dan Gesang berpapasan, mereka berdua saling menatap tajam. Gesang menahan bahu Galvan yang hendak pergi.

"Cewek lo lagi sakit dan lo di sini main sama cewek lain?" desis Gesang tidak terima Galvan seperti ini kepada Rania, gadis yang sangat Gesang sayangi.

"Lo selingkuhannya dia?" tanya Gesang meremehkan dan menunjuk Galvan.

Galvan yang tidak terima langsung menepis tangan Gesang dan mendorong laki-laki itu.

"Gue tau gue berengsek, tapi lo jangan pernah seenaknya sama gue. Lo mau Rania, kan? Ambil!" Ucapan Galvan sontak membuat Gesang tertegun. Begitupun beberapa pekerja dan pelanggan yang ada di toko ini. Mereka terkejut mendengar suara Galvan yang meninggi.

"Maksud lo apa? Setelah lo nyakitin dia bertahun-tahun lo buang dia gitu aja?" cecar Gesang tidak terima.

Galvan tersenyum miring. "Kalo iya kenapa? Lo nggak suka?" tantangnya.

"Berengsek lo!" Gesang ingin menonjok Galvan tetapi kepalan tangannya terhenti saat ada tangan lain yang menahannya. Gesang menoleh ke kanan, mendapati perempuan yang sedari tadi diam menghalanginya untuk menonjok Galvan.

"Saya rasa kamu orang yang berpendidikan dan tidak akan menghakimi seseorang dalam keadaan ramai seperti ini," ucap perempuan yang tidak Gesang kenali itu.

"Dibayar berapa sih lo jadi selingkuhan dia?" sahut Gesang membalas ucapan perempuan itu.

Galvan yang mendengarnya ingin sekali menghabisi Gesang tetapi ia tahan. Karena pada dasarnya, di sini dirinya yang salah. Galvan mengakui itu semua.

"Kita pergi," tukas perempuan itu sambil melingkarkan lengannya di lengan Galvan dan mengajak laki-laki itu untuk pergi sebelum makin banyak pasang mata yang menjadikan ini semua tontonan gratis.

Gesang menggeram kesal dan mencari ponselnya. Gesang ingin mengambil Galvan sedang pergi dengan perempuan lain. Tetapi nihil, Gesang tidak kunjung menemukan ponselnya.

"Shit! Gue lupa hapenya gue tinggal di mobil!" kesalnya. "Bodoh lo, Sang!" rutuk laki-laki itu pada diri sendiri kala melihat mobil Galvan sudah pergi.

>>><<<

Rania sedikit kaget karena Gesang menjenguknya bersama Diko dan Linggar. Rania tidak sakit parah dan hanya sebatas demam biasa saja tetapi sampai dijenguk seperti ini. Rania senang banyak yang perhatian padanya, tetapi tidak harus menjenguknya dengan membawakan berbagai macam makanan seperti ini. Rania bahkan bingung mau makan yang mana terlebih dahulu.

"Makasih ya kalian udah sempetin buat jengukin gue," ucap Rania dibarengi dengan senyum manisnya.

"Iya, sama-sama. Cepet sembuh ya, nanti kalo lo sakit gini Gesang nggak tenang sekolahnya," balas Linggar menggoda Rania dan menyenggol lengan Gesang yang duduk di sampingnya.

Rania terkekeh pelan dan menganggukkan kepalanya. Rania melihat Diko yang terus memokuskan pandangannya ke televisi yang menyala. Sejak datang tadi, Diko tatapannya kosong. Rania tidak tahu laki-laki itu kenapa. Dari kemarin Diko aneh dan Rania belum bertanya sama sekali.

"Sang, Ko, ngobrol kek," celetuk Linggar. Gesang dan Diko kompak menoleh ke arah Linggar dan tersenyum simpul.

"Ya ngobrol apa?" tanya Gesang sambil melirik sedikit Rania yang duduk di single sofa. Gesang ingin menceritakan kejadian tadi kepada Rania, tetapi takut menambah Rania sakit. Gesang tidak mau Rania semakin pusing.

"Apa kek, daripada diem mulu," timpal Linggar.

"Lo ngobrol deh bertiga gue dengerin," cetus Diko sembari menyenderkan tubuhnya ke punggung sofa dan memejamkan matanya.

"Lo tidur gimana mau dengerin, Kampret!" umpat Linggar.

Lihat selengkapnya