Hari yang dinanti-nanti sudah tiba. Rasa gugup menghadapi ujian tentu sekarang ini dirasakan seluruh murid kelas dua belas SMA Tirta Jaya. Itu hal yang wajar, kebanyakan orang akan merasakan gugup ketika akan menghadapi ujian. Seperti halnya, Gesang dan sahabat-sahabatnya.
Masih ada tiga puluh menit lagi untuk Gesang dan sahabat-sahabatnya untuk mempersiapkan diri memasuki lab komputer. Tempat yang mereka gunakan untuk ujian.
Agar ujian berjalan dengan tenang dan lancar, pihak sekolah dan para donatur memberikan kebijakan untuk kelas sepuluh dan sebelas belajar di rumah. Hal itu dikarenakan agar suasana sekolah kondusif dan tidak ada sesuatu mengganggu konsentrasi siswa-siswi saat ujian berlangsung.
"Semangat, Papa yakin kamu bisa. Besok Jumat Papa akan ke Jakarta menemui kamu."
"Iya, Pa."
"Jangan lupa berdoa. Kerjakan semaksimal mungkin."
"Iya, Pa, pasti."
"Mama-mu tau kan hari ini kamu ujian?"
Gesang terkekeh pelan dan menjawabnya, "Tau kok, Pa. Masa mama sendiri nggak tau anaknya hari ini ujian."
Terdengar suara kekehan dari seberang sana. "Ya sudah, persiapkan dirimu. Wisuda nanti kalau kamu bisa lulus sesuai target Papa akan mengizinkan kamu untuk bersenang-senang."
"Boleh pacaran?" tanya Gesang dengan kekehan gelinya.
"Itu janji Papa sama kamu, kan? Tapi kalo ujian kamu tidak sesuai target jangan salahkan Papa kalo kamu tidak Papa izinkan. Ingat, kamu harus kuliah."
"Siap laksanakan, Bos besar!"
Setelah mengobrol bersama papanya melalui sambungan telepon, Gesang mematikan ponselnya dan menyimpan di loker penyimpanan ponsel di dekat lab komputer.
"Untuk kelas dua belas IPS satu ke ruang pertama dan sebagian ke dua, untuk dua belas IPS dua sebagian di ruang ke dua dan ke tiga, lalu untuk dua belas IPS tiga sebagian ke ruang dua dan tiga. Nanti kartu ujian yang tercantum nomor peserta dan password kalian untuk login dibagi oleh Proktor di masing-masing ruangan," papar Kepala Sekolah SMA Tirta Jaya.
Setelah seluruh murid jurusan IPS paham, barulah Ibu Kepala Sekolah beralih ke murid jurusan IPA yang melaksanakan ujian tidak jauh dari lab komputer jurusan IPS.
Gesang, Diko, dan Linggar saling memberi semangat. Ketiganya berada di ruangan yang sama tetapi menempati bangku yang terpaut jarak cukup jauh.
Mereka mulai masuk ke dalam ruang ujian dan siap mengerjakan soal ujian di hari pertama ini.
Setelah hampir dua jam berkutat dengan soal yang nampak dari layar komputer, siswa kelas dua belas mulai berhamburan keluar ruang ujian.
Wajah-wajah kusut setelah menghadapi ujian mulai terlihat. Tidak terkecuali Gesang dan sahabat-sahabatnya.
"Gimana?" celetuk Diko mengambil posisi duduk di sebelah Linggar di pinggi lapangan.
"Ada beberapa soal yang bikin kepala gue pusing banget," jawab Linggar sembari mengacak rambutnya gusar.
Gesang terkekeh dan geleng-geleng kepala. "Lo pusing karena soal apa pusing karena kemarin habis jalan sama Vita?" godanya.
"Apaan sih lo? Semalem gue di rumah sama Lintang," sangkal Linggar membawa-bawa nama adiknya.
"Nggak usah bohong lo, semalem gue lihat lo keluar dari bioskop sama Vita. Gandengan sambil ketawa-ketawa lagi." Gesang lagi-lagi menggoda Linggar.
"Katanya nggak mau lagi berhubungan sama Vita. Lo sakit hati banget sama dia. Terus ngapain lo semalem malah jalan sama dia, Gar?" sambung Gesang.
Diko menaikkan sebelah alisnya dan bertanya, "Nasib Rinta gimana, Gar?"
"Widih, Linggar mah dua cewek sekaligus." Gesang menimpali pertanyaan Diko.
"Berisik lo berdua. Ngapain juga bawa-bawa Rinta. Sekali lagi bahas Rinta awas aja lo-lo pada!" sahut Linggar mulai tidak suka dengan pembahasan kedua sahabatnya.
"Gagal move on dari Vita dong?" celetuk Diko menyindir.
"Halah berisik, Mbak Valleta noh lo urusin ntar dapet cowok baru nangis-nangis lo!" Linggar mencela.
Satu jitakan sukses mendarat di atas kepala Linggar. "Mulut lo minta gue jepit pake jebakan tikus, ha?" hardik Gesang.
"Berisik lo berdua!" jerit Pipit yang duduk tidak jauh dari mereka bertiga.
"Diem lo, Pit!" seru Diko dan Linggar hampir bersamaan membuat Pipit kicep dan memilih untuk pergi.
Gesang tertawa sejenak dan mengusap wajahnya.
"Gimana, Gar? Jujur aja deh, lo semalem pergi kan sama Vita?" tanya Gesang.
Linggar menghela napas pasrah. "Oke-oke, gue ngaku. Iya semalem gue jalan sama Vita. Puas lo?"
Gesang malah terbahak mendengar jawaban Linggar. Tawanya berhenti saat melihat Lusiana, Gea, dan Vita keluar dari ruang ujian mereka.
"Kok baru keluar kalian bertiga?" tanya Gesang.
"Iya nih, tadi ada kendala sedikit komputer yang gue pake tiba-tiba mati," jawab Gea.
Gesang menganggukkan kepalanya. "Biasalah gue juga pernah begitu," katanya.