Sudah seminggu lamanya Gesang memutus komunikasi bersama Rania dan Diko. Gesang selalu menghindar saat Diko ingin menemuinya dan menjelaskan semuanya. Menurut Gesang apa yang ia lihat beberapa waktu lalu sudah jelas dan tidak perlu dijelaskan kembali, itu hanya membuat Gesang semakin makan hati.
Gesang mencoba untuk move on dari Rania walaupun kenyataannya itu sulit. Tetapi Gesang akan berusaha sebisa mungkin. Agar hatinya tidak terus-terusan merasakan gelenyar perih saat harus menjalani hidup yang berhubungan dengan Rania. Mendengar namanya saja sudah makan hati apalagi bertemu orangnya.
Sekarang ini Gesang sedang berada di kedai kopi milik Gantan bersama Lusiana, Vita, dan Linggar. Tidak ada Gea, karena gadis itu kabarnya selama seminggu ini pergi keluar kota.
"Ngomong dong, Sang, sekarang lo banyakan diemnya," celetuk Vita dan Gesang hanya terkekeh pelan menanggapinya.
"Sang, gue mau kasih tau lo satu hal. Tapi lo harus percaya sama gue," cetus Lusiana.
Gesang mengerutkan keningnya. "Apa?"
Lusiana menoleh ke arah Vita. Gadis itu mengangguk padanya. Lusiana kembali menatap Gesang.
"Ini tentang lo, Rania, gue, sama Tisya," pungkas Lusiana. Gesang yang mendengar nama Rania disebut langsung kehilangan mood-nya.
"Plis dengerin dulu, ini penting. Gue nggak mau lo nyesel nantinya," pungkas Lusiana lagi.
"Emang apaan sih, Na?" Linggar lebih ingin tahu ketimbang Gesang yang sekarang bersikap bodoamat.
"Tisya kerjasama sama preman-preman di jalanan sepi yang banyak premannya itu loh, kalian tau kan?" Linggar dan Vita menganggukkan kepala, Gesang masih senantiasa mendengar tanpa memberi respons.
"Tisya punya rencana jahat sama gue, lo, dan Rania. Gue sempet ikutin dia waktu itu. Gue juga ketauan kan kalo ngikutin dia. Gue diancem ini itu sama Tisya. Tisya bakalan berbuat nekat ke lo sama Rania, Sang," papar Lusiana.
"Bener-bener tuh orang. Berani-beraninya kerjasama sama komplotan preman. Ini nggak bisa dibiarin," sahut Linggar diangguki oleh Vita.
Gesang sendiri malah tertawa sumbang. "Lo nggak ada niat buat mengada-ada kan, Na? Jangan bilang lo kayak gini biar gue mau ketemu sama Rania. Lo mau jebak gue?"
Lusiana melongo. Gesang bisa-bisanya berpikiran seperti itu. Apa tidak lihat wajah Lusiana yang serius serta sedikit tegang ini?
"Gue serius. Kalo lo nggak percaya ya udah tunggu aja Tisya berulah terus lo kehilangan Rania, bahkan lo kehilangan nyawa lo sendiri," balas Lusiana geram.
"Sang, kocak banget sih lo nggak percaya sama Lusiana? Ya emang Lusiana, gue, sama Gea, sempet jadi orang dalam tanda kutip kita jahat, kita kriminal sama Rania. Tapi Tisya lebih kriminal, dia licik, Sang," timpal Vita membantu Lusiana untuk menjelaskan kepada Gesang.
"Udah tau dia kriminal kenapa nggak lo berdua laporin ke polisi?" sergah Gesang dengan nada tidak peduli sama sekali.
"Eh, ada calon mantan kakak kelas juga di sini," celetuk Tisya yang tiba-tiba datang dengan gayanya yang terlihat angkuh.
"Mumpung ada orangnya, mending lo tanya langsung deh, Sang," suruh Vita membuat alis terangkat Tisya sebelah.
"Ada apa ya? Penting banget emang?" sahut Tisya.
Gesang melihat Tisya dari atas sampai bawah. Gadis itu memang terlihat seperti orang baik di luar tetapi entah di dalamnya. Gesang bangkit dan berdiri di samping Tisya.
"Mana dekengan lo?" tanya Gesang langsung pada intinya. "Lo mau main-main sama gue, kan?"
Tisya tertegun dan tertawa sumbang untuk menutupi rasa keterkejutannya. "Maksud lo apa ya? Coba jelasin gue nggak ngerti."
"Nggak usah sok bodoh di depan gue," bisik Gesang tepat di dekat telinga Tisya. Membuat gadis itu merinding mendengar suara Gesang yang pelan namun tegas.
Tisya melirik sekilas ke arah Lusiana. Senyum licik Tisya terlihat, gadis itu melipat lengannya di depan dada. "Kebetulan banget ya ada Lusiana juga di sini. Gue mau kasih tau lo satu hal nih, Gesang Radito," katanya dengan nada yang menjijikan jika di dengar.
Lusiana harap-harap cemas. Tisya pasti akan membongkar kedoknya. Pasti itu.
Gesang melirik Lusiana sejenak dan kembali berhadapan dengan Tisya.
"Pasti lo belum tau ya, kalo sahabat tersayang lo ini ternyata pinter banget jadi penipu. Lo aja sampe kemakan sama omongannya loh, hebat banget ya," ucap Tisya berniat untuk mengundang emosi Lusiana.
"Jaga ya mulut lo!" gretak Lusiana bangkit dari bangku yang didudukinya. Linggar dan Vita ikut berdiri. Lusiana mendorong pelan bahu Tisya, sedangkan Tisya malah terkekeh dan mengusap angkuh bahunya yang sempat tersentuh tangan Lusiana.
"Woi ini kedai orang jangan ribut di sini," lerai Linggar menarik Lusiana menjauh dari Tisya.
"Maksud lo apa, nggak usah basa-basi?!" sergah Gesang.
"Sahabat lo ini katanya kan punya riwayat trauma ya? Lo tau nggak sih kalo sebenernya dia udah sembuh? Udah lama lho sembuhnya tapi dia diem aja, nggak ngasih tau lo. Alasannya sih klasik ya, biar dia bisa selalu deket-deket sama lo. Terus lo nggak bisa deh habisin waktu sama Rania," ungkap Tisya membuat Gesang menggelengkan kepala tidak percaya semua ini bisa terjadi.
"Na, bener lo udah sembuh dari lama?" tanya Gesang pada Lusiana. Suara Gesang terdengar sangat dingin dan marah sekali pada Lusiana. "Jawab gue, Lusiana!" gretaknya.
Lusiana yang terkejut karena bentakan Gesang seketika air mukanya berubah menjadi murung dan gadis itu menundukkan kepalanya.
"Kasihan banget ya, dia mau deketin cowok dengan memanfaatkan riwayat penyakitnya, padahal udah sembuh loh," tambah Tisya memprovokasi.