Gerbang awal

Moch Agni Nuryahya
Chapter #2

Di Mulai

Agresi militer meletus satu dekade lamanya, semua hancur tak tak karuan imbas terhadap semua aspek kehidupan. Dunia sedang kacau dengan para pemimpin yang sering mementingkan egonya, mereka menghiraukan seluruh lapisan masyarakat yang menangis terkena dampak peperangan.  Tidak tanggung sepuluh negara melancarkan serangan satu sama lain hanya karena harga diri negara mereka dipertaruhkan demi satu atau beberapa hal lain.


Satu rekam jejak buruk membekas terhadap semua ingatan masyarakat. Mereka dipaksa jegat senjata dan ikut berperang, dengan landasan negara membutuhkan SDM dan kuantitas prajurit agar tetap kokoh dalam pertahanan. Dari sana orang yang sudah dewasa wajib mengikuti latihan militer, baik itu pria atau wanita semua harus menjalani proses latihan, tidak ada kesenjangan gender dalam hal ini, demi membekali basic bertempur dan bagaimana caranya berperang walaupun itu hanya sebatas teknik dasar.


Serangkaian peristiwa kejam terjadi selama sepuluh tahun itu, mengerak dalam memori mereka sehingga memengaruhi struktur berpikir yang kemudian ketika dihadapkan dengan masalah, kekerasan adalah jalan utama untuk menyelesaikan.


Namun ketika agresi militer telah selesai lewat jalur diplomasi, keadaan tetap saja kacau melahirkan kudeta yang dilakukan warga terhadap pemerintah atas dasar ekonomi dan sandang pangan yang kian semakin langka. Ketika perut kosong, lambung sakit, dan nutrisi tidak terpenuhi maka SDM mulai menurun nilainya. Sekolah ditutup, dan hanya rumah sakit lah yang dibuka itupun hanya orang-orang terpilih yang bisa masuk contohnya pemerintah dan jajaran warga menengah ke atas yang mengungsi ketika peperangan terjadi dan kembali ketika telah usai.


Supermarket hancur, bahkan pasar tradisional sudah tidak berfungsi selama hampir setengah abad, hal ini terjadi sebab masyarakat modern menyimpan rasa malu ketika berbelanja di pasar tradisional. Oleh karenanya dengan keputusan bersama pasar tradisional resmi ditutup. Mengenyampingkan manfaat yang telah ada selama ratusan tahun.


Kemunduran daya pikir manusia semakin menjadi, sebagian orang memutuskan mengakhiri hidup mereka dengan cara bunuh diri daripada hidup dalam kesengsaraan. Sebagian orang lagi hidup dalam bayang-bayang kegelapan dengan perut penuh kelaparan dan rasa khawatir akan indahnya hari esok. Hingga pada akhirnya kanibalisme merasuki pemikiran manusia untuk sebagian orang. Mereka dengan belalah melahap daging sesamanya, orang-orang yang bunuh diri dijadikan santapan segar atas perut yang sudah tidak bisa ditoleransi rasa laparnya. Makin kesini kaum kanibalisme semakin frontal, target mereka semakin luas merambah ke seseorang yang sedang mengungsi di tempat-tempat terpencil dan pedalaman hutan belantara, mereka mencari sasaran mangsa di tengah pelosok hutan agar kejahatan mereka tidak terhendus oleh pihak lain.


Pohon berubah menjadi anala besar, oksigen segar kini sudah didapatkan. Merobohkan semua sumber kekayaan alam untuk kepentingan seseorang. Anomali cuaca sangat tidak bisa diprediksikan, langit berubah warna jadi kemerahan dengan bertaburannya abu pohon yang sudah dibakar, asap mengumbar di udara merusak mata dan penciuman manusia menambah kesengsaraan. Ini sepertinya simulasi dari akhir zaman yang semakin dekat dan gambaran surga bagi para penguasa.


Dharma dan panca meyakinkan bahwa mereka manusia yang masih berbudaya yaitu BERAKAL dan BERUPAYA untuk hidup yang lebih baik walau pada faktanya semua paradigma telah menggerogoti logikanya.


Alur cerita tuhan menumbuhkan kekecewaan bagi umat manusia, berbeda dengan apa yang dipikirkan dharma ditambah lagi dengan mimpi yang ia alami semalam membuatnya yakin dengan terangnya hari esok. Semangat membara mengobar dalam peredaran darahnya. Tekad yang kuat menciptakan keimanan yang hebat

Lihat selengkapnya