Gerbang Cahaya Tirtaasih

INeeTha
Chapter #2

Bab 2. Tanpa Ratna

Ruang tamu rumah Aria terasa asing malam itu. Lampu neon yang biasanya terang malah memberi bayangan pucat di dinding.

Angin malam masuk dari jendela yang sedikit terbuka, membawa suara jangkrik yang monoton.

Di meja kayu yang sudah agak tua, tiga gelas teh manis dingin hanya tersentuh sedikit—esnya sudah mencair semua.

Aria duduk bersandar, matanya masih merah. Bagas mondar-mandir, tangannya tak pernah diam. Sementara Jaya, dari tadi duduk di kursi pojok, tangan mengepal di lutut, wajahnya seperti siap meledak kapan saja.

“Kenapa… kenapa bisa kayak gini?” suara Aria akhirnya pecah, lirih tapi jelas.

Bagas menghentikan langkah, lalu menatap mereka berdua. “Aku udah mikir, mungkin Ratna emang milih tetep di sana.”

“Bagas…” Aria langsung menoleh, wajahnya kaget. “Kamu ngomong apa sih?”

“Serius. Dipikir logis aja, ya? Dari tadi kita balik ke sini, waktu di Tirtaasih nggak maju, persis kayak pas kita dibawa dulu. Nah, kenapa Ratna nggak kebawa? Berarti… mungkin dia milih tetep, Ar.”

Jaya langsung berdiri, kursinya sampai bergeser keras. “Ngomong apa sih, Gas?!” suaranya meninggi. “Ratna itu nggak mungkin ninggalin kita. Nggak mungkin!”

Bagas menatap Jaya balik, sama-sama panas. “Dari mana kamu tahu? Kamu punya bukti?!”

Aria buru-buru berdiri juga, berusaha menenangkan. “Udah, jangan gini. Jangan ribut dulu. Kita semua lagi panik.”

Jaya masih gemetar, tangannya mengepal. “Ratna itu selalu jadi yang paling mikirin kita. Kalo ada yang harus tinggal, pasti bukan karena dia mau, tapi karena dipaksa!”

Bagas menghela napas panjang, nada suaranya menurun, tapi tetap keras. “Aku nggak ngomong Ratna jahat atau apa, Jay. Tapi logika mah tetep logika. Mungkin di sana ada sesuatu yang dia rasa harus diberesin. Makanya dia nggak balik.”

Aria menggeleng cepat. “Nggak. Aku yakin Ratna butuh kita. Dia pasti nunggu kita buat nyusul.”

Lihat selengkapnya