Affa, Lin, Karin, dan Nada berdiri di hadapan makam Nisa. Rasa kehilangan masih terasa begitu nyata.
Mereka telah mengalahkan Naurel dan menguburkan Nisa dengan layak, tetapi di dalam hati mereka masih ada ketakutan: Apakah ini benar-benar akhir?
Namun, ketenangan itu hanya berlangsung sesaat.
“Bangkitlah… Aku belum kalah.”
Suara dingin menggema dari dalam tanah. Tiba-tiba, retakan-retakan mulai muncul di atas makam Nisa. Tanah bergetar hebat, seakan ada sesuatu yang berusaha keluar dari dalamnya.
“Tidak… ini tidak mungkin.” Nada mundur beberapa langkah, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
Tiba-tiba, bayangan hitam pekat menyembur dari makam, membentuk sosok tinggi yang lebih menyeramkan dari sebelumnya. Naurel telah kembali.
Namun, kali ini dia tidak hanya kembali dengan wujud sebelumnya—Naurel telah berevolusi menjadi lebih kuat. Tubuhnya kini lebih besar, dengan tanduk yang lebih panjang dan mata merah yang bersinar tajam dalam gelap.
“Aku tidak bisa mati semudah itu,” ucapnya dengan suara yang lebih berat dan menggelegar. “Kalian pikir aku akan lenyap begitu saja? Aku adalah bagian dari kegelapan itu sendiri.”
Affa mencengkeram busurnya lebih erat, keringat dingin mengalir di dahinya.
“Kalau begitu, kita akan mengalahkanmu lagi!” Affa bersiap menembakkan panah.
Naurel tertawa keras. “Kalian benar-benar bodoh jika berpikir bisa menang melawanku kali ini.”
Pertempuran Akhir
Tanpa peringatan, Naurel menyerang dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti mata manusia. Dalam sekejap, Karin sudah terpental jauh menabrak pohon dengan keras.
Nada mencoba membaca ayat suci, tetapi Naurel cukup cerdas untuk menyerangnya sebelum dia sempat menyelesaikan bacaan. Dengan sekali ayunan cakar, dia menciptakan angin gelap yang menghantam Nada hingga terpental jauh.
Affa dan Lin langsung bereaksi. Lin menyerang dengan pedang cahaya miliknya, tetapi serangan itu ditangkis dengan mudah oleh Naurel yang kini jauh lebih kuat.
"Kita tidak bisa melawannya seperti ini!" teriak Karin yang sudah bangkit dari tanah dengan tubuh penuh luka. "Dia lebih kuat dari sebelumnya!"
Naurel hanya tersenyum mengejek. "Kalian tidak akan bisa menghentikan kegelapan, karena kegelapan selalu ada di hati manusia."