Gerbang Masa Terlarang

Nura Ki
Chapter #7

Kekacauan #7

Dunia pernah hancur. Mayat hidup berkeliaran, mengoyak setiap harapan yang tersisa. Tidak ada yang selamat... hanya segelintir orang dari tim Protect From Monster yang berhasil bertahan. Mereka bertarung, memburu, dan akhirnya memusnahkan para zombie hingga dunia kembali bernapas.


Namun, di luar tim itu, ada dua orang yang juga selamat. Faulin dan Enzo. Mereka bukan bagian dari Protect From Monster, bukan petarung, bukan penyintas terlatih. Mereka hanya mahasiswa biasa yang seharusnya menjalani kehidupan normal. Namun, takdir punya rencana lain.


Kini, setelah dunia kembali pulih, mereka hanya ingin kembali ke kehidupan lamanya. Namun, kampus mereka menyimpan misteri yang tidak kalah menyeramkan dari kiamat zombie yang pernah mereka alami.


“Zo, lu denger suara dari atas gak?” Faulin berbisik sambil melirik ke langit-langit gedung. Universitas mereka memang terkenal angker, apalagi lantai paling atas yang konon katanya dihuni sesuatu yang lebih mengerikan dari sekadar hantu.


Enzo menoleh malas. “Gak denger apa-apa. Kenapa sih, Lin?”


“Aku penasaran, ayo kita ke atas!” Faulin tersenyum jahil, matanya berbinar dengan rasa ingin tahu yang membara.


Enzo langsung menggeleng. “Jangan. Ntar kita yang malah hilang.”


“Ah, aman lah. Kita kan udah pernah selamat dari kiamat zombie. Ini cuma kampus angker doang.”


Enzo mendesah, tahu dia tidak akan bisa menang melawan keras kepalanya Faulin. “Yaudah, kita naik. Tapi kalo ada apa-apa, aku kabur duluan.”


Faulin mendelik. “Yaelah, penakut lu!”


Tanpa menunggu, mereka menaiki tangga, langkah kaki menggema di lorong yang gelap. Udara di sekeliling terasa lebih dingin, seolah lantai atas menyimpan sesuatu yang seharusnya tidak mereka ganggu.


Tiba-tiba…


“STOP!!! JANGAN KE ATAS!!! BAHAYA!!!”


Suara itu berbisik tajam, menggema langsung di telinga mereka.


Faulin berhenti di tempat. “Hah?! Kok ada suara seseorang?”


Enzo langsung panik. “Gak tau!! Mending kita lari aja!!”


“Tanggung, dikit lagi!” Faulin tetap bersikeras.


“Tapi aku merasa ada hal buruk…”


“Jangan… Please… Jangan ke sana… Ba… Bahaya…”

Lihat selengkapnya