Gerbang Rindu Hara

Christina evelina
Chapter #2

BAB 2 TENGGELAM DALAM MASA LALU

“Jadi kamu sekarang tinggal di mana?”

Aku sudah berada di dalam mobil Hara, ia benar-benar menungguku hingga pulang kantor. Dan entah kenapa, aku jadi penasaran dengan ceritanya. Lebih ingin tahu apa yang dilakukannya selama 12 tahun ini secara detail, bukan berarti aku berniat untuk kembali padanya, hanya saja aku perlu kejelasan dari semua pertanyaanku selama ini.

"Saya sekarang tinggal di Kebagusan, bertiga aja sama Hexa dan Hanna, tahun ini Hexa mau nikah" ucapnya dengan senyum khasnya. Sedari tadi kami bicara, baru kali ini aku melihatnya tersenyum.

"Oya, memang sekarang umurnya berapa tahun sih? Kayanya dulu masih SMP" sahutku penasaran.

"Sekarang Hexa 27 tahun, dan Hanna 25 tahun" jawabnya lagi.

"Ya ampun, ternyata udah pada gede ya, saya tuh masih mikir mereka anak kecil yang baru mau remaja, gak nyangka ya, udah 12 tahun yang lalu" aku menatap lurus ke arah jalan, memikirkan usiaku yang sudah menginjak 32 tahun, teman-temanku bahkan sudah ada yang memiliki beberapa anak. Dan aku, baru merencanakan pernikahan di tahun ini, memang setiap orang memiliki timeline nya masing-masing.

"Kalau kamu, kapan nikahnya?" Tanyaku iseng sekaligus penasaran.

Hara tersenyum lagi, tapi ia berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaanku.

"Calonnya belum ada"

Entah kenapa, aku sedikit senang mendengar hal itu, tapi aku berusaha bersikap senormal mungkin.

"Masa sih? 12 tahun ini kamu ngapain aja emangnya, sampe belum nemu orang yang tepat?"

"Kamu mau tau saya ngapain aja 12 tahun ini? Saya berkelana, coba kerja sana sini, sambil tetep nyekolahin Hexa dan Hanna, untungnya, ibu saya punya santunan asuransi, uang itu yang saya pakai buat lanjutin kuliah, dan cukuplah buat menuhin kebutuhan sehari-hari"

"Pasti berat banget ya buat kamu, udah harus jadi tulang punggung di usia segitu"

"Adik-adik saya yang membuat saya bisa tetap bertahan sampai sekarang, mereka selalu kasih support ke saya, kadang mereka jualan makanan di sekolahnya buat tambah-tambahin uang jajan atau buat beli baju baru, Hexa sekarang punya online shop yang bikin dia bisa punya tabungan. Kalau Hanna, lebih ke musisi, dia sering manggung di kafe-kafe" ceritanya penuh semangat.

Aku suka mendengarnya bercerita, sejujurnya, aku sangat merindukannya.

"Lalu, kamu sendiri? Kamu belum cerita dari tadi"

"Saya, setelah lulus kuliah, saya magang di sebuah atelier milik senior saya di kampus, dan beberapa kali dapet job design, lumayan cukup untuk saya akhirnya berdiri sendiri, sekarang saya punya atelier kecil dengan 4 karyawan"

"Hara, 4 karyawan itu banyak, dan kamu sekarang pegang project besar dengan perusahaan ternama, saya iri"

Hara hanya tersenyum kecil khasnya.

"Kamu juga sekarang hebat, udah jadi manager" 

"Ya, tapi gak kaya kamu yang menekuni minat kamu, saya meninggalkan jauh mimpi-mimpi saya"

"Kafe buku?" Tebak Hara.

"Kamu masih inget?"

"Saya gak pernah lupa semua tentang kamu"

Kali ini Hara mengucapkannya dengan penuh ketegasan dan mimik wajah serius.

"Rindu, laper ga?" 

Aku menoleh ke arahnya, Aku rindu mendengar suarannya saat memanggil namaku. Aku mengangguk singkat mengiyakan pertanyaannya.

"Saya tau tempat makan yang enak, tapi di daerah blok M, kita mampir bentar di sana gak apa apa kan?"

"Iya, gapapa"

Hara mengarahkan mobilnya ke Blok M, sebenarnya itu berlawanan arah dengan apartemenku yang berada di daerah Slipi, tapi Blok M ke Slipi tidak terlalu jauh, jadi aku tidak mempermasalahkan hal itu. Tiba-tiba aku teringat dengan mas Dewa, biasanya aku mengabarinya jika sudah pulang dari kafe, tapi malam ini ponselku sepertinya tidak berbunyi sama sekali. Dan setelah kuperiksa, ternyata ponselku mati karena dayanya habis. Aku menyimpannya kembali, semoga mas Dewa tidak marah jika aku baru mengabarinya nanti ketika sampai di rumah.

"Kamu masih suka nulis puisi?" Hara memulai pembicaraan lagi.

"Masih, saya punya buku khusus puisi-puisi saya"

Lihat selengkapnya