"Aya, Aya, mau mendengar dongeng?"
"Mau, Bang."
"Tapi dongengnya sedih."
"Enggak apa. Aya mau dengar."
pada suatu ketika
nun jauh di thrakia
saat puncak olimpus masih terlihat
hiduplah seorang musisi bernama orfeus
putra muse kalliope dan oiagros.
dengan lyra pemberian apollo
dia merangkai nada.
tak terperikan indahnya.
manusia, dewa, dan kesatria
tak mampu menolak.
di mana pun dia berada
sorak sorai mengikutinya.
seindah puisi hari-harinya.
seindah puisi malam-malamnya.
tapi puisi terindah barulah menala
ketika orfeus jatuh cinta
pada euridike jelita.
mereka pun menyatu
dalam pernikahan nan suci.
dalam hangat sore hari
euridike tak henti-henti menari.
orfeus terhanyut.
cuaca membuat burung-burung enggan berkicau
pepohonan bergeming
hanya sesekali angin merayu bunga-bunga,
sebelum menjauh lagi.
lalu terdengar petik lyra.
adakah yang lebih indah
dari ini, sayangku,
saat-saat tak terlupa
yang kelak
memendar hangat di pipi
sebagai kenangan?
di sudut tak terlihat
dengan tinta tak terhapus
takdir menulis tragedi.