Ghost from Berlin

Lumba-Lumba
Chapter #1

Tukang Rebahan dari Berlin

Taman yang sepi ini begitu indah.

Pohon-pohonnya tidak begitu besar, tetapi cukup rindang. Sinar matahari pagi yang hangat menembus sela-sela dedaunan. Kicau burung-burung terdengar di pucuk-pucuk pohon. Sebujur anak sungai yang dangkal mengalirkan air di samping deretan pohon. Angin lembut bertiup. Sejuk.

Dilatar belakangi itu semua, seorang gadis duduk di rerumputan. Ia sedang menangis. Ialah satu-satunya kesedihan di tempat yang menggembirakan ini. Namun gadis itu seolah tak peduli. Ia terus saja menangis. Air matanya berguguran di pipinya yang semburat merah. Burung-burung memperhatikannya. Sejenak mereka terdiam dari kicauannya. Sungguh mengherankan. Pancaran kesedihan dari gadis itu telah memengaruhi mereka.

“Bella, sudah kuduga kau ada disini,” seorang pria muncul dari belakang si gadis, “sampai kapan kau akan terus berlatih?”

Gadis itu menoleh, ”Papa, kau datang mencariku?” tanyanya singkat. Namun hanya itu saja. Selanjutnya ia kembali menangis. Pria yang menyapanya tadi kemudian mendekat. Digamitnya lengan si gadis dengan lembut. Mengajaknya supaya berdiri.

“Baik, aku tahu berlatih memang penting,” pria berpakaian hitam dan formal itu berkata. Emblem rajawali di topinya tampak keemasan terkena sinar mentari, “kapan pertunjukan sandiwaramu?”

“Empat hari lagi,” sahut si gadis sambil berdiri. Diusapnya air matanya, ”Papa lupa?”

“Ah, maafkan papa,” pria itu menjawab, “sudah berbulan-bulan papa banyak pikiran. Tapi jika kau ingin berlatih, sebaiknya di apartemen saja. Lagipula papa ingin membicarakan sesuatu. Nah, ayo kita pulang.”

Gadis itu mengangguk pelan. Mereka pun beriringan, menuju sebuah mobil Mercedes-Benz yang terparkir di dekat taman. Keduanya segera memasuki mobil dan menutup pintu.

Mercedes-Benz itu pun melaju.

Lihat selengkapnya