Ghost from Berlin

Lumba-Lumba
Chapter #3

Petak Umpet di Dasar Selat (1)

Bahaya mendadak muncul dari langit.

Sebuah pesawat Skua Inggris menukik dari ketinggian. Kapten Grosse mendongak. Ia baru menyadarinya setelah pengawas di menara berteriak. Arabel sendiri menengadah ke langit dan terpana. Namun detik berikutnya Kapten Grosse sudah bertindak. Diperintahkannya U-boat mereka untuk menyelam.

Orang-orang di menara komando segera berlompatan ke anak tangga, turun ke perut kapal selam. Tubuh Arabel direnggut dan didorong oleh Kapten Grosse ke bawah. Mereka semua berdesak-desakkan turun di anak tangga. Pesawat Skua di atas menukik sangat cepat.

Kapten Grosse mengunci pintu lubang palka. Dua detik setelah kapal mereka mulai menyelam, terdengar ledakan disertai guncangan hebat. Rupanya Skua tadi telah menjatuhkan bom. Kapal selam mereka tersentak. Kapten Grosse terjatuh ke lantai. Letnan Satu Bauer, perwira pelaksana di kapal itu nyaris tersungkur ke meja navigasi.     

Arabel terbanting ke bawah barisan instrumen pengukur. Jantungnya berdebar kencang. Perutnya mual.

Untungnya, tak ada kerusakan apa pun. Kapal selam itu pun menyelam makin dalam. Kini ia mencapai kedalaman 30 meter. Petugas hidrofon tak melaporkan adanya bom susulan. Semua orang menarik napas lega.

“Luar biasa,“ Kapten Grosse berdecak kagum, “serangan vertikal dari langit. Siapa menyangka?”

“Umumnya pengawas lebih fokus ke arah horizontal atau diagonal. Tak ada yang mendongak lurus ke atas,” Letnan Bauer mengomentari sambil bersedekap, “pilot tadi mengetahui itu dan memanfaatkannya.”   

Lihat selengkapnya