Ghost from Berlin

Lumba-Lumba
Chapter #9

Takdir

Aksi baku hantam di pondok telah berakhir.

Namun peristiwa itu menyisakan tanda tanya di benak Snyder dan Carter.

Siapa sebenarnya gadis yang diculik tiga berandalan itu? Baik Snyder, Carter, maupun dua polisi yang bersama mereka tak sempat melihat jelas. Wajah dan identitas gadis itu tidak diketahui. Dari pondok yang digeledah pun tidak diperoleh petunjuk berarti.

Dua polisi yang mendampingi Snyder dan Carter kemudian meminta maaf. Saat terjadi baku hantam, keduanya tidak membawa senjata api. Snyder dan Carter memaklumi, setelah tahu bahwa sebagian polisi di wilayah tersebut tidak memiliki revolver. Itu karena daerah tempat mereka bertugas memang dikenal relatif aman.

***

Arabel telah dipindahkan para penculik ke sebuah gubuk tersembunyi. Setelah pondok mereka diduduki polisi, para penculik itu berpindah ke sebuah gubuk sederhana.  

Bau alkohol tercium tajam di dalam gubuk. Para penculik itu tengah berpesta miras. Sepertinya mereka hendak menenangkan diri setelah bentrok melawan polisi. Suara tawa kadang kala terdengar di sela-sela percakapan, menandakan kegembiraan mereka karena berhasil lolos. Ditambah lagi, Arabel gagal direbut oleh para polisi.

“Kau sudah terlibat sepenuhnya dalam kejahatan ini,” satu pemuda yang sejak awal berniat menyekap Arabel berkata pada pemuda yang berniat menyerahkan Arabel ke polisi, “kau ikut membantu kami melawan polisi. Masih beranikah dirimu menyerahkan gadis itu pada mereka?”

Pemuda lain yang sependapat dengan hal itu menyambung, “Kau pikir kejahatanmu akan dimaafkan begitu saja? Oh, tidak semudah itu kawan.”

Pemuda yang diceramahi oleh keduanya tidak menjawab. Berbagai pemikiran sedang berkecamuk di otaknya. Meski sudah melawan polisi, ia kini ingin menyerah saja dan menyerahkan Arabel. Walaupun dihukum, ia yakin hukumannya akan diringankan. Namun kedua temannya selalu menolak keras keinginan itu.

Merasa buntu, pemuda yang ingin menyerah itu pun lanjut menenggak botol miras yang ada di tangan. Botol itu terus ditenggak dan ditenggak lagi. Kedua rekannya juga tak mau kalah. Di lubuk hati, mereka semua gamang setelah bentrok dengan polisi. Para penegak hukum itu tentu sedang mengumpulkan pasukan untuk mengejar ketiganya. Ditambah lagi kemarahan penduduk desa yang memuncak setelah mereka berani menculik anak gadis. Ketiga pemuda berandalan itu tidak berani pulang ke rumah.

Ini kejahatan paling serius yang pernah mereka lakukan. Ketiganya tidak tahu bagaimana mengatasi masalah yang telah ditimbulkan.

Lihat selengkapnya