Beberapa kali Astan menarik dan mengembuskan napas, dia bergegas pergi dari rumah itu. Semakin mendekati pintu keluar, kabut putih nan tebal datang dengan cepat menutupi semua pemandangan indah. Astan berdiri tepat di depan pintu yang terdapat sebuah ukiran tangan kanan. Tanpa berpikir panjang, dia menaruh tangan kanan di ukiran itu.
Dalam hitungan detik pintu terbuka dengan perlahan dan dia berjalan keluar. Pintu-pintu dan tangga yang panjang kembali harus dilewati hingga Astan berada di ruangan terakhir. Dengan sangat jelas Astan dapat mendengarkan suara-suara seram, tetapi dia tetap berjalan tanpa menoleh ke kanan maupun kiri, mencoba untuk mengabaikan semua itu.
Namun, ketika Astan telah berada di depan pintu terakhir. Suara perempuan yang familiar terdengar, tanpa berpikir panjang Astan perlahan membalikan badan. Dengan jelas Astan dapat melihat sosok perempuan berambut hitam panjang.
Keduanya beradu tatapan beberapa detik, tetapi sebuah cairan merah seketika keluar dari perut sang perempuan, merembes hingga membuat kain putih itu menjadi memerah darah. Napas Astan mulai terengah-engah, seakan kehabisan oksigen untuk dihirup, benih-benih keringat berjatuhan dari pelipisnya. Suara tawa semakin terdengar keras, begitupun dengan suara tangis.
Dalam seketika Astan terbangun dari tidurnya dan melirik jam walker di atas meja. Jarum jam telah menunjuk angka 07.00 pagi. Astan bergegas melakukan rutinitas pagi, mandi, memasak, dan sarapan. Setelah semua terselesaikan, dia beranjak pergi meninggalkan perabotan dapur di tempat pencucian. Dengan penuh kepercayaan diri Astan pergi menuju Distrik B-3, di mana Akademi Santya berada.
Dengan memasang senyum Astan berjalan masuk hingga terlihat sebuah taman yang dipenuhi oleh meja dan orang. Dia berjalan mendekati taman dengan wajah berseri, Astan berkeliling untuk memilih perusahaan hingga menangkap sosok laki-laki familiar bagi ingatannya, yaitu Endra. Astan berjalan mendekati Endra dan menyapanya terlebih dahulu. Untuk beberapa detik mata mereka saling bertatapan, mereka tersenyum lebar penuh kesenangan.
“Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu mau melamar di kantor kami?” tanya Endra dengan wajah senang.
“Iya," jawab Astan dengan senyum canggung.
“Tidak perlu canggung seperti itu, taruh saja di meja.” Endra berucap dengan memberikan kertas dan bolpoin kepada Astan.
“Isi dulu kertas formulirnya,” ucap Endra dengan senyuman di wajah. Astan mengisi formulir cepat dan memberikannya kepada Endra.
Setelahnya Astan kembali melanjutkan mencari beberapa perusahaan yang sesuai dengan kualifikasi dirinya. Beberapa jam telah berlalu, matahari telah berada di tengah. Membuat cacing di perut bernyanyi, dia melihat beberapa meja yang mulai merapikan barang. Dengan sedikit malu-malu Astan memberanikan diri untuk bertanya kepada salah satu orang yang mengenakan jas almamater Akademi Santya.