Ghost Hunt: Panic In The Country

R.o.s.e B.l.u.e
Chapter #10

Vol. 0: I Lost || Chapter 9: Dimulai

Dengan senyum Endra membalas sapaan setiap orang, berjalan lebar hingga berada di depan sebuah gedung bertingkat. Dia bertemu dengan beberapa anak-anak yang tengah bermain. Tangan kanannya terangkat ke atas dan memberikan lambaian kepada anak-anak. Endra berjalan masuk dan menyapa beberapa orang yang ditemuinya. Dia naik menuju lantai sepuluh dan masuk ke sebuah ruangan dengan pintu besar.

Seorang laki-laki dengan pakaian rapi dengan rambut hitam, berwajah lonjong tegas, dan berkulit sawo matang terduduk di kursi kerja bersama berkas-berkas di tangan, mata cokelatnya masih melihat berkas-berkas itu dan kemudian sang laki-laki duduk di depan Endra yang masih berdiri dengan menyalakan satu batang rokok. Endra memberikan amplop cokelat itu kepada sang laki-laki.

“Sepertinya membuat dia mendekat sangat mudah,” ucap sang laki-laki.

“Kita hanya sedang beruntung, dia juga tengah membutuhkan pekerjaan. Kita hanya perlu membuatnya bergabung dan menjelaskan semua.” Endra membalas ucapan sang laki-laki.

“Saya harap Anda bisa menjaganya, hingga waktu yang tepat untuk memberitahukan semua.” laki-laki itu berbicara dengan menaruh amplop cokelat itu di atas meja.

“Baiklah Pak Adli. Saya pergi dulu,” ucap Endra. Berdiri dari dan berjalan keluar dari ruangan.

Dia berhenti di depan sebuah pintu berwarna cokelat kayu. Endra memutar knop pintu dan melangkah masuk, mengudarakan pandangan, mencari seseorang yang menjadi satu tim dengannya. Saat Endra menangkap sosok temanya, dia berjalan menghampiri mereka dan duduk bersama.

Mereka mengobrol bersama dengan santai hingga tiga anak-anak menghampirinya. Senyum anak-anak itu terlihat sangat lebar hingga gigi putihnya terlihat sangat jelas. Mereka mengajak Endra bermain game console, tentu untuk membalaskan kekalahan anak-anak tersebut.

Dengan sangat bersemangat Endra menyetujui ajakan anak-anak. Mereka pergi menuju lantai tiga dan berada di ruangan dengan dinding penuh warna berbeda layaknya pelangi. Mereka mulai permainan game console dengan tema bertarung. Setelah menghabiskan satu jam bermain game, tetapi tidak akan mengubah apa pun. Anak-anak tetap tidak mendapatkan kemenangan dari tangan Endra.

Endra cukup mahir dalam bermain game dan hanya Astan lah yang dapat mengalahkannya dalam berbagai permainan. Wajah Endra terlihat senang saat salah satu anak memberikan protes tidak adil, hingga dering ponsel terdengar oleh kedua telinganya. Dia mengangkat telepon dan menjawabnya cepat. Terdengar jelas suara perempuan yang memberikan omelan untuknya.

Dirinya baru saja mengingat janji temu dengan orang lain, dia mematikan ponsel dan pergi tanpa mempedulikan anak-anak yang tengah saling beradu mulut. Dia berada di sebuah bus yang memiliki tujuan menuju Distrik D-5. Beberapa menit kemudian bus berhenti, Endra keluar dari bus dan mengangkat kepalanya.

Melihat langit cerah itu mulai menghitam secara perlahan. Endra berjalan menuju salah satu minimarket terdekat dan membeli sebuah jas hujan berwarna hitam. Dengan cepat dikenakannya jas hujan tersebut, Endra mengedarkan penglihatan ke sekeliling. Semua terlalu sibuk dan tidak memiliki waktu untuk memperhatikan hingga putihnya awan telah menghilang. Rintikan air pun berjatuhan dari langit yang mendung. Para kerumunan orang di jalanan mulai berhamburan mencari tempat berteduh.

Namun, berbeda dengan Endra yang telah mengenakan jas hujan berwarna hitam. Dia berjalan dengan pelan, meninggalkan minimarket dan melewati garis putih untuk tempat penyeberangan. Kepalanya sedikit menunduk, tetapi Endra masih dapat melihat sekeliling. Sepasang mata cokelat gelap itu mengeluarkan beribu-ribu aura yang begitu dingin. Kedua tangannya tersimpan di saku jas hujan. Bibir tebal nan kecil milik Endra bergerak, terlihat seperti tengah berbicara seorang diri.

Lihat selengkapnya