Ghost Hunt: Panic In The Country

R.o.s.e B.l.u.e
Chapter #11

Vol. 0: I Lost || Chapter 10: Alasan

Setelah acara makan karyawan selesai, Astan bergegas pulang tanpa menumpang kepada temannya. Dia telah memesan taksi online duluan, tetapi hal tersebut tidak membuat mereka kesal atau marah. Sesampainya Astan di apartemen, dia berhenti ketika menangkap kabut asap berkumpul mengelilingi seluruh apartemen.

Angin malam berembus dengan memberikan udara dingin. Dengan mencoba menghiraukan kabut-kabut tersebut, Astan berjalan masuk. Dia melangkah cepat dan menaiki lift. Ketika dia berada di depan pintu apartemennya. Dia bergegas masuk dan melepaskan sepatu cepat. Dia  mencari Rei di kamarnya, tetapi Astan sama sekali tidak menemukan. Astan terlihat sangat khawatir dan dia memutuskan menelepon Rei. Astan mencoba menghubungi beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban sama sekali.

Setelahnya Astan ke kamar tidur dengan wajah lelah dan murung. Membuat Yeni ataupun Cakara memiliki banyak pertanyaan. Astan menghiraukan mereka dan menuju kamar mandi, dirinya menaruh handuk di cantelan. Astan melepas semua pakaian, membuat garis-garis kecil di perut terlihat.

Suara air berjatuhan terdengar dengan begitu jelas. Tidak lama suara air berhenti bersamaan dengan pintu kamar mandi yang terbuka. Astan keluar dengan hanya menggunakan handuk di setengah badannya. Dia menuju kamar dan mengenakan piyama, dia duduk di tempat tidur dengan menyilang kedua kaki.

“Apa pekerjaan yang kamu kerjakan sangat melelahkan?” tanya Cakara dan hanya dijawab gelengan kepala oleh Astan.

“Apa kamu mencemaskan Kakakmu?” tanya Yeni yang tengah terduduk di atas meja belajarnya dengan mengayunkan kedua kaki.

“Iya, entah kenapa aku memiliki firasat tidak enak. Kabut-kabut yang pernah aku lihat sebelas tahun lalu, telah muncul kembali.” Astan menjawab dengan membaringkan diri di kasur.

“Aku yakin dia baik-baik saja,” timpal Cakara yang turun dari tempat tidur dan berjalan mendekati jendela. Astan menatap Cakara yang tengah melihat langit malam.

Astan  berjalan mendekati Cakara, ikut menatap langit-langit malam yang tidak lagi memperlihatkan sinar bintang ataupun bulan. Mereka terjatuh ke dunia lamunan, meski masih banyak orang yang mengatakan bahwa kegiatan melamun itu tidaklah bagus. Mungkin akan terjadi hal buruk.

Namun, itu tidak mempan untuk Astan. Meski diam dengan pikiran kosong, tetapi dia meyakinkan dirinya. Bahwa tidak akan ada hal buruk yang terjadi. Seakan Astan memiliki dinding kokoh sebagai pembatas yang tidak dapat dilewati oleh siapapun.

Lihat selengkapnya