Astan menghela napas setelah selesai membaca surat, tetapi dia memalingkan kepala saat mendengar suara ribut. Astan menajamkan pendengarannya dan mencari sumber suara tersebut, hingga berada di depan lemari berbahan kayu. Astan terdiam untuk beberapa saat, mendengarkan suara orang ribut di dalam lemari.
Setelah puas mendengar, Astan membuka pintu lemari cepat dan mendapati tiga sosok yang tengah berdiri. Dia menatap mereka saling bergantian. Dalam hitungan detik mereka menghilang tanpa mengatakan satu kata patah pun. Akan tetapi, mereka kembali datang saat dia memintanya. Astan duduk di tempat tidur, begitu pula dengan mereka yang berdiri di depan dirinya dan enggan untuk menunjukkan wajah.
“Apa isi surat ini benar?” Astan bertanya dengan menunjukkan surat berwarna cokelat itu. Untuk beberapa saat tidak ada yang bersuara, hingga sosok perempuan berumur 16 tahun menjawab. Hal itu membuat kedua sosok laki-laki itu terus menggerutu kepada sang perempuan.
“Jadi, kalian melakukan kontrak dengannya. Pasti dia dibunuh bukan,” ucap Astan.
“Aku kira kamu bodoh,” celetuk sosok perempuan.
“Tidak, Kak. Rei menulisnya di sini.” Astan kembali menunjukkan surat yang hanya dibalas oleh anggukkan sosok perempuan itu.
“Di sini, Kak. Rei bilang ‘Jika tiba-tiba ada berita bunuh diri, jangan percaya!’ itulah yang dikatakannya,” ucap Astan.
Setelah mendengarnya, mereka bertiga berhenti ribut sendiri dan menatap Astan lekat-lekat. Astan yang merasa canggung karena mendapatkan tatapan hanya dapat memasang senyum. Hal tersebut membuat kedua sosok laki-laki memasang wajah serius dan penuh pertanyaan. Astan kembali mendengarkan keributan mereka hingga salah satu di antara berjalan satu langkah. Menatap dengan lekat wajah Astan. Beberapa detik kemudian, senyum tipis terlukis di wajahnya.
“Kamu sudah tumbuh dewasa, namaku Riano, umurku 20 tahun, dan kekuatanku adalah fisik.” Riano tersenyum sangat lebar dengan mengulurkan tangan kanannya.
Tanpa ragu dan tersenyum, Astan membalas jabatan tangan dari Riano dan memperkenalkan diri. Begitu pula dengan kedua sosok lainnya, yaitu Emily dan Hugo. Mereka juga tidak lupa, menceritakan semuanya. Termasuk juga peristiwa yang terjadi kepada Bena. Setelah selesai Astan terdiam untuk beberapa saat hingga pintu kamar terbuka. Menampakkan Rui yang telah bersiap untuk pulang ke kediamannya. Astan mengantarkan Rui sampai di depan apartemen dan kembali berjalan masuk, memandangi seluruh sudut apartemen yang terasa kosong.
Dia bergegas membersihkan diri, tidak berapa lama Astan kembali dengan pakaian tidur. Duduk diam memperhatikan para sosok tidak kasat mata di depannya. Mereka memulai percakapan tentang Rei dan setelah selesai, Astan tertidur dengan pulas hingga suara kokok ayam menggema di seluruh ruangan kamar, Astan mencari-cari ponsel pintar miliknya.
Dengan cepat Astan mematikan alarm ponsel dan melakukan rutinitas pagi. Setelahnya Astan bergegas pergi bekerja. Di bus Astan hanya duduk diam di sepanjang jalan hingga banyak sekali sosok tidak kasat mata menghampiri dirinya. Astan yang merasa tidak nyaman berdiri dari duduknya untuk berpindah.