Ghost Hunt: Panic In The Country

R.o.s.e B.l.u.e
Chapter #18

Vol. 0: I Lost || Chapter 17: Bergabung

Pagi telah menyapa kembali, Astan telah berpakaian rapi dan pergi untuk bekerja. Sesampainya Astan di kantor, dia duduk di depan Hendrik dan membicarakan beberapa hal. Bahkan, para pekerja berdiri di depan ruang hanya untuk mencuri-curi dengar. Berbeda dengan Endra yang hanya duduk di tempat kerja dan memainkan game di komputer. Tidak berapa lama, pintu terbuka. Membuat para pekerja berhamburan dan kembali di tempat masing-masing.

Sekarang giliran Endra yang menghadap Hendrik untuk membicarakan sesuatu. Sedangkan Astan duduk di sofa dengan kembali mengenakan jaket hitam dan tas ransel. Astan hanya duduk menunggu dengan wajah diam dan melamunnya. Di saat Astan menghela napas dengan kasar, pintu ruangan Hendrik terbuka. Astan berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Endra.

Endra mengambil tas ransel hitam miliknya dan berjalan pergi bersama Astan. Dengan tangan kiri Endra yang merangkul Astan. Mereka telah berada di depan sebuah gedung yang memiliki 10 lantai, warna dinding telah menua, terdapat beberapa bagian yang retak, dan diselimuti oleh lumut.

Tidak lupa, di pintu masuk juga terdapat poster-poster yang tertempel apik. Mereka berjalan masuk ke gedung dengan disapa oleh para anggota G-Hunt. Astan yang terkejut hanya memasang senyum di wajah. Astan selalu membungkukkan badan sedikit, saat melihat wajah orang-orang yang tersenyum memandangnya. Astan juga tetap tersenyum meski mendengar obrolan orang-orang itu tentang dirinya. Mereka berjalan melewati anak tangga yang begitu banyak hingga berada di lantai sepuluh.

Sekarang keduanya berada di ruangan milik sang ketua dari organisasi G-Hunt yang baru saja menjabat selama dua tahun. Mereka duduk di sofa dalam ketenangan untuk beberapa saat, hingga seorang perempuan berambut pirang pendek datang dengan membawa amplop cokelat. Setelahnya, sang perempuan berdiri tepat di samping kanan ketua tersebut. Beberapa detik setelah Astan menyelesaikan pengisian formulir. Mereka kembali berbincang dalam waktu yang cukup lama.

Beberapa menit telah berlalu, Endra dan Astan telah berada di lantai dasar. Astan mulai berkenalan satu per satu kepada semua orang yang berada di lantai dasar, dia juga tengah mengobrol dengan anak-anak yang sangat penasaran terhadap dirinya. Akan tetapi, perhatian Astan teralihkan ketika mendengar suara gebrakan meja. Astan memperhatikan dengan wajah terheran, melihat pelaku yang menggebrak meja.

Seorang perempuan berambut hitam panjang mengoceh dengan kesal, mengeluarkan semua keresahan mengenai timnya. Akan tetapi, semua orang mendengarkannya dengan memasang senyum dan tertawa kecil.

“Kak. Synta selalu seperti itu. Anggota timnya tidak ada yang benar,” ucap anak laki-laki yang berdiri di samping kanan Astan dan dia hanya mengangguk paham. Akan tetapi, ingatan Astan berputar saat dia kembali ke kota kelahirannya.

Setelah Synta tenang dan tidak lagi mengoceh. Semua orang kembali ke kegiatan masing-masing. Sedangkan Astan meninggalkan anak-anak dan menuju Endra yang tengah duduk dengan ponsel di tangannya. Astan sudah bersiap untuk duduk, tetapi diurungkannya karena Endra mengajak pergi ke suatu tempat.

Lihat selengkapnya