Mereka menghabiskan semua makanan di meja dan Astan membersihkannya. Setelahnya, dia terbaring di tempat tidur dengan tangan kanan yang ditaruh di atas jidat. Napasnya terdengar begitu teratur, tetapi detik kemudian. Astan mengembuskan napas dengan kasar dan mengubah posisi menjadi menghadap kanan.
Tanpa memikirkan hal apa pun lagi, Astan mencoba untuk menutup mata dan tertidur lelap. Dengkuran halus memenuhi seluruh sudut kamar, tetapi udara dingin membuatnya mengeratkan selimut. Suara raungan harimau terdengar memenuhi isi kepala dan telinga. Tidak begitu jelas, dia sedikit mengerti maksud dari raungan itu. Akan tetapi, otaknya terus memaksa agar bangun dari tidur.
Astan terbangun dengan napasnya yang dapat menghirup udara lagi, dilihatnya jam dinding yang telah menunjukkan pukul 06:00 pagi. Dengan wajah sehabis bangun tidur, dia bergegas untuk bersiap diri. Tidak membutuhkan waktu yang lama, Astan telah mengenakan pakaian olahraga berwarna hitam. Dikuncinya pintu apartemen dan pergi tanpa diikuti oleh mereka berlima.
Sesampainya di kediaman Bhiaka. Seperti biasa, dia melakukan lari mengelilingi halaman rumah. Setelah Astan berlari 20 putaran, Bhiaka datang bersama dengan Endra yang membawa dua buah senter berwarna putih.
“Hari ini, aku akan mengetesmu. Apakah kamu memiliki potensi atau tidak, ikutlah denganku.” Bhiaka segera pergi setelah selesai mengucapkan beberapa kata.
Tanpa menimpali atau bertanya, Astan hanya berjalan mengekori tepat di sebelah kiri Endra. Tidak lama mereka telah berada di depan sebuah lantai kayu yang terbuka. Mereka masuk, melewati lorong yang panjang yang gelap hingga telah berada di depan sebuah pintu kayu besar. Astan dan Endra mengarahkan senter ke pintu, hingga mereka dapat melihat ukiran pohon akar yang sangat terkenal dengan ukiran daun di ujung atas pintu tersebut.
Bhiaka mengarahkan tangan kanannya dengan mengetuk lantai beton beberapa kali. Bibirnya bergerak mengucapkan sebuah mantra, hingga ukiran di pintu bersinar. Bersamaan dengan lambang lain yang muncul. Pintu kayu tersebut terbuka dengan sendirinya dan mereka masuk tanpa berkata-kata.
Setelah mereka melewatinya, pintu kembali tertutup dengan sangat rapat. Mereka berada di sebuah ruangan yang penuh oleh rak berisi buku, berjalan melewati beberapa rak hingga terdapat satu pintu cokelat. Akan tetapi, hanya Astan dan Bhiaka yang masuk. Di dalam ruangan terdapat sebuah tempat tidur berbentuk kapsul dengan beberapa alat yang saling terhubung. Bhiaka menjelaskan secara singkat mengenai alat di depannya.
“Nama alatnya Lucde, aku membuatnya agar lebih mudah untuk mengetes orang sepertimu. Di dalamnya ada speaker, dari sana kita bisa saling berkomunikasi. Minum ini, ini akan membantu merangsang energi tubuh dan dunia roh. Alat ini hanya membantu agar merasa lebih nyaman, terdapat juga oksigen cadangan. Jika kamu kesulitan bernapas. Mari kita mulai.” Bhiaka menerangkan dengan singkat.
Dengan gugup Astan melangkah masuk ke tempat tidur capsule, berbaring dan beberapa menit kemudian, Astan telah tertidur dengan lelap. Setelah Astan terlelap dalam tidurnya, Bhiaka mendekati capsule tidur tersebut. Bhiaka mengulurkan tangan menuju kepala Astan, menyentuhnya dalam beberapa detik. Setelahnya pintu Lucde tertutup sendiri dan Bhiaka berjalan keluar dari ruangan. Meninggalkan Astan seorang diri.
Astan berada di sebuah ruangan yang serba putih. Astan melihat seluruh ruangan dan duduk dengan mencoba membuat dirinya tetap tenang, hingga melihat satu pintu berwarna cokelat. Astan berjalan mendekat dan membuka pintu dengan perlahan.
Ketika Astan keluar, pemandangan indah hutan belantara membuatnya terkesima. Astan berjalan beberapa langkah hingga tersadar bahwa dirinya berada di atas puncak gunung bebatuan. Astan hanya diam dan tidak tahu harus melakukan apa, tetapi suara yang sangat familiar terdengar jelas olehnya.
“Guru Bhiaka,” ucap Astan dengan sangat senang.
“Dengarkan aku baik-baik, hal ini sudah biasa bagi mereka. Kamu hanya harus mencari tempat pelindungmu berada,” ucap Bhiaka yang langsung tersambung di dunia roh itu.
“Apa aku harus mencari di hutan yang luas ini? Itu akan memakan waktu yang banyak,” ucap Astan dengan bertanya.
“Kamu bisa merasakannya, aura dari pelindungmu. Terus ikuti suara yang terdengar, pejamkan mata dan fokus. Kamu pasti akan mendengarnya,” ucap Bhiaka lagi, memberikan sedikit intrusi. Setelah mendengar instruksi, Astan melakukannya dan benar. Dia mendengar suara raungan harimau yang sama seperti saat itu. Astan melihat cahaya kecil berwarna putih sedikit oren terbang.