Sakhasi memberikan sebuah bola besar berwarna merah dan duduk tepat di samping kiri Astan. Beberapa detik kemudian, sebuah peristiwa di masa lalu tertampilkan di bola berwarna merah tersebut. Dengan wajah serius, Astan melihatnya tampilan ingatan tersebut.
Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 2016. Pada saat itu, umur Astan baru saja menginjak tujuh tahun. Di tahun itu, terjadi sebuah kudeta besar-besaran yang dilakukan oleh Suku Hau. Astan dapat melihat dengan jelas, kumpulan para roh yang tengah melakukan demo besar.
Dengan terus menekan agar Sakhasi turun dari jabatannya, alasan paling utama yang mereka pertentangkan adalah karena dia melakukan kontrak bersama manusia. Itu merupakan hal yang sangat dilarang, tetapi banyak sekali roh melakukannya. Jika mereka ketahuan maka akan mendapatkan hukuman.
Sakhasi tengah duduk dalam diam dengan memainkan jari tangan yang saling bertautan. Sakhasi kembali teringat dengan pesan sang Kakek, bahwa dirinya tidak boleh melanggar aturan. Meski seperti itu, dia tidak boleh mengganggu manusia. Akan tetapi, Sakhasi memiliki alasan tersendiri kenapa dia berani untuk melakukan kontrak dengan manusia. Kini Sakhasi terkepung di ruang singgasananya, tetapi dia tetap bersikap tenang dan menunggu dalang semua ini keluar.
“Aku tidak menyangka, Kakak akan melakukan hal yang melanggar aturan. Ini sangat menjijikkan,” ucap seorang laki-laki yang berjalan masuk dan berhenti tepat empat meter di depan Sakhasi.
“Aku juga tidak menyangka, bahwa kamu akan melakukan hal seperti ini. Ha, bukankah ini aneh. Aku mencoba untuk membuat dua dunia ini menjadi lebih akur. Meminimalisir kejahatan yang terjadi, tapi apa yang kamu lakukan ini? Kudeta? Yang benar saja,” ucap Sakhasi, menghela napas sebentar. Lalu dia melanjutkan apa yang ingin disampaikan.
“Bukankah itu adalah usulan darimu, aku membuat kontrak juga karena dirimu. Meski pada awalnya aku menolak, kamu terus berusaha keras membuatku melanggarnya. Kamu juga yang merencanakan pertemuanku dengannya. Apa kamu mencoba untuk membuat kesan baik? Itu lebih menjijikan. Tidak ada waktu untuk menyesali semuanya. Aku, akan melawan kalian.” Sakhasi berbicara dengan panjang lebar karena kekesalan dirinya.
“Kakak telah kalah, tidak ada satu pun yang memihakmu. Bahkan, jendral mu tidak dapat menolong. Ditambah, kamu tidak akan bisa menggunakan seluruh kekuatanmu. Bagaimana sekarang?” ucap laki-laki tersebut.
“Sepertinya, kamu tidak mengenalku dengan baik. Tidak perlu khawatir tentang diriku,” balas Sakhasi yang telah turun dari tempat singgasananya. Berjalan mendekati sang laki-laki hingga hanya tersisa lima langkah saja.
“Karena seorang manusia yang bahkan tidak dapat melakukan sihir. Aku melanggar aturan tersebut. Dia memiliki kekuatan yang berasal dari kegelapan dan cahaya. Membuatnya dapat menembus dunia roh, pemikiran manusia tersebutlah yang membuatku memilih untuk melanggar aturan.” Sakhasi menceritakan sedikit tentang teman seorang manusia.
“Kenapa hanya menggunakan kontrak untuk hal buruk? Bagaimana jika untuk hal baik? Berkali-kali aku telah meminta untuk mengubah peraturan, tapi suku kalian menolaknya dengan keras. Kalian sangat menjengkelkan,” Sakhasi kembali mengeluarkan keluhannya dan sedikit cerita masa lalu.