Astan berada di lantai tujuh yang sangat sunyi dengan lorong panjangnya. Astan berjalan dengan pelan dan mengecek setiap kamar, hingga dia berada di ruangan paling ujung. Ketika dia telah membukanya, seorang anak laki-laki tengah meringkuk di sudut ruangan. Dengan menenggelamkan kepala di sela-sela lekukan tangan dan kaki. Astan mendekat lalu berjongkok di depan anak laki-laki tersebut. Dengan suara pelan, dia memberikan pertanyaan kepada sang anak.
"Hai, kenapa di sini sendiri?" tanya Astan, tetapi tidak ada jawaban dari anak tersebut. Lalu Astan kembali bertanya mengenai sosok yang tengah dicarinya. Sebuah entitas yang terus-menerus meneror asrama mahasiswa. Hal tersebut ternyata membuat anak laki-laki mengangkat kepala, menatap Astan, dan akhirnya mau bersuara.
"Dia jahat. Tante itu datang ke sini beberapa bulan yang lalu. Seorang laki-laki menaruh dan meninggalkannya begitu saja. Bahkan, Kakek yang tinggal sudah lama di sini tidak berani dengannya. Lebih baik Kakak pergi," ucap anak laki-laki tersebut.
"Sekarang, dia di mana?" tanya Astan lagi, menghiraukan kata terakhir yang memintanya untuk pergi, tetapi anak tersebut hanya menggelengkan kepala.
Dengan penuh kesabaran, Astan bertanya lagi dan lagi. Membujuk sang anak untuk memberitahukan keberadaan sosok entitas tersebut. Dengan suara bergetar ketakutan, anak laki-laki itu memberitahu Astan tempat di mana sang sosok entitas berada. Setelah Astan berterimakasih atas bantuan sang anak laki-laki itu, dia bergegas menuju lantai atap yang biasa menjadi tempat menjemur kan pakaian, tetapi kini tidak terdapat apa pun.
Sesampainya di lantai atap, Astan dapat melihat dengan sedikit lebih jelas. Sosok perempuan berambut putih panjang dengan pakaian merahnya, tengah berdiri di sisi bangunan. Kepalanya memandangi langit malam yang dipenuhi bintang-bintang. Dia menghentikan langkahnya saat sosok tersebut tertawa kecil. Akan tetapi, Astan merasakan emosi yang bercampur menjadi satu. Sedih, amarah, dendam, kekecewaan, cinta, sakit, dan kasih sayang. Emosi tersebut seakan memancing dan menghipnotisnya. Tanpa sadar, kedua matanya mengeluarkan cairan putih.
"Kenapa Anda menangis?" tanya sosok entitas perempuan tersebut, memutar posisi sehingga membuatnya dapat melihat Astan.
"Saya tidak membutuhkan semua perasaan Anda itu, tetapi hanya satu yang dapat Anda lakukan. Mendekatlah," ucap sosok perempuan tersebut.
Astan berjalan mendekat, seakan dia terkena hipnotis. Saat Astan hanya perlu satu langkah lagi, suara perempuan memanggilnya. Membuat Astan berhenti melangkah dan membalikkan badan, hingga dia dapat melihat teman-temannya yang terengah-engah. Ketika hendak melangkah, dia sama sekali tidak dapat bergerak dari tempatnya berdiri.
"Dasar pengganggu," ucap sosok entitas itu yang sekarang telah turun dan berdiri tepat di samping kiri Astan.
"Sudah berbulan-bulan aku di sini, tapi baru kali ini aku mendapatkan sesuatu yang sangat lezat. Aku biasanya makan yang rasanya buruk, tapi aku sudah mendapatkan yang terbaik." Sosok entitas tersebut tertawa kecil dengan mengelus kepala Astan.
"Kenapa? Kenapa kamu di sini?" tanya Synta dengan wajah serius.