Astan merasa lega setelah mendapat persetujuan dari Arieli untuk melaksanakan rencana berani ini. Dengan hati yang penuh tekad, dia segera bersiap diri bersama dengan roh kontraknya yaitu Sakhasi untuk tugas berbahaya yang akan mereka jalani.
Malam itu, langit terhampar penuh dengan bintang-bintang yang gemerlap. Untuk pertama kalinya Astan menggunakan kontrak yang telah dibuat bersama dengan Sakhasi, dia menarik dan mengembuskan napas demi mempersiapkan mental di dalam dirinya. Sebelum melakukan pertarungan, mereka membicarakan mengenai rencana yang akan digunakan untuk melawan Alice.
"Meski kita sudah membicarakan rencana ini, aku berharap kamu bisa kuat." Sakhasi mulai bersatu dengan Astan dan terlihat perubahan dari penampilan fisiknya yang menjadi memiliki warna mata biru dengan putih.
Mereka telah merencanakan segala sesuatunya dengan detail, rencana mereka adalah bertahan selama mungkin sampai bantuan tiba. Di tengah-tengah hutan yang lebat, Astan dan Alice saling berhadapan di bawah sinar bulan yang penuh misteri. Astan merupakan seorang pengguna kontrak roh pemula, dia sama sekali belum memiliki pengalaman yang mumpuni. Sedangkan Alice lebih berpengalaman dibanding dengan dirinya.
Astan mengangkat tangan kanannya ke atas, mengumpulkan energi sihir api dalam genggaman telapak tangannya. Dia merapalkan mantra yang telah dihafalkan sejak lama, "Heino Aragos Alayamu Harayem(panah api merah menyala)."
Api merah menyala berbentuk anak panah berjatuhan dari atas langit yang memenuhi sekelilingnya, dan udara pun terasa semakin panas. Dia juga menggerakkan tangan kirinya, mengumpulkan angin deras yang mengitari tubuh Alice. Rambut panjang Alice berkibar-kibar oleh hembusan angin sihir yang dibuat oleh Astan.
Di sisi lain, dengan tatapan mata tajam Alice mulai menyanyikan melodi yang mempesona. Suaranya yang indah dan memikat mengisi hutan, dan di bawah pengaruhnya, dedaunan di sekitarnya bergerak dalam harmoni yang misterius. Astan melepaskan serangan pertamanya, melemparkan bola api besar menuju Alice dengan cepat. Akan tetapi, Alice dengan lincahnya mengelak dari serangan itu sambil terus bernyanyi. Dia mengeluarkan pesona hipnotis yang menggoda dan mencoba mempengaruhi pikiran Astan.
Astan merasa tekanan dari pesona Alice, tetapi dia memusatkan perhatian dan fokus diri pada kekuatan sihir yang didapat dari Sakhasi. Dia mengayunkan tangan kiri untuk melepaskan angin kencang demi memperbesar api yang datang dari tangan kanannya. Kemudian, dia mengarahkan tangan kanannya ke arah Alice dan melepaskan gelombang panas api yang membara.
Alice terus bernyanyi dengan penuh kemarahan, meskipun terlihat terpengaruh oleh serangan api Astan. Dia melanjutkan upayanya untuk memikat dan mengendalikan Astan melalui pesona suara dan nyanyian yang memikat dari roh kontraknya. Pertarungan mereka menjadi semakin intens. Astan berusaha mempertahankan kendali atas kekuatan api dan anginnya, sedangkan Alice mencoba mempengaruhi pikiran Astan melalui nyanyiannya yang hipnotis.
Sinar bulan yang bersinar terang memancarkan cahaya magis ke adegan ini, menciptakan bayangan menakutkan di sekitar mereka. Keduanya terus bertarung, saling mengejar dan menghindar, dalam upaya mereka untuk mengalahkan lawan mereka. Saat ini, pertarungan antara sihir api dan angin melawan nyanyian hipnotis akan menentukan siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
Pertarungan berlanjut hingga beberapa menit telah berlalu, tiga puluh menit sudah Astan mencoba untuk mengulur waktu sebisanya. Astan merasa kelelahan dan terengah-engah. Setelah bertarung habis-habisan untuk mengulur waktu, tenaganya hampir habis. Napasnya terengah-engah dalam irama yang cepat, dan wajahnya dipenuhi dengan keringat. Dia merasakan otot-ototnya yang terasa seperti berat besi, dan pedangnya menjadi semakin berat di tangannya.
Namun, Astan tidak memiliki waktu untuk merasa lemah. Dia tahu bahwa ini adalah saat krusial dalam misi mereka. Mereka harus bertahan dan menunggu bala bantuan tiba. Dengan tekad yang kuat, Astan memusatkan perhatiannya pada tugas yang harus dijalani.