Chapter 5: Perempuan Berwajah Pucat
Beberapa kali, Astan menarik dan mengembuskan napas, kemudian dia bergegas pergi dari rumah itu. Semakin dia mendekati pintu keluar, kabut putih nan tebal datang dengan cepat menutupi semua pemandangan indah. Astan berdiri tepat di depan pintu yang terdapat sebuah ukiran tangan kanan. Tanpa berpikir panjang, dia menaruh tangan kanan di ukiran itu.
Dalam hitungan detik, pintu terbuka dengan perlahan dan dia berjalan keluar. Pintu-pintu dan tangga yang panjang kembali harus dilewati hingga Astan berada di ruangan terakhir. Dengan sangat jelas Astan dapat mendengarkan suara-suara seram, tetapi dia tetap berjalan tanpa menoleh ke kanan maupun kiri, mencoba untuk mengabaikan semua itu.
Namun, ketika Astan telah berada di depan pintu terakhir. Suara perempuan yang familiar terdengar, tanpa berpikir panjang dia perlahan membalikan badan. Dengan jelas dia dapat melihat sosok perempuan berambut hitam panjang dan berpakaian gaun putih.
Keduanya beradu tatapan beberapa detik, tetapi sebuah cairan merah seketika keluar dari perut sang perempuan; merembes hingga membuat kain putih itu menjadi memerah darah. Napas Astan mulai terengah-engah, seakan kehabisan oksigen untuk dihirup, benih-benih keringat berjatuhan dari pelipisnya. Suara tawa semakin terdengar keras, begitupun dengan tangisannya.
Dalam seketika Astan terbangun dari tidurnya, pandangannya menatap dinding langit yang berwarna putih kotor. Beberapa bentuk aneh membuatnya semakin berimajinasi liar hingga detik demi detik berlalu, dia baru dapat menyadarkan diri.
Lalu, Astan bangun dari tidur dan melirik jam walker di atas meja. Jarum jam telah menunjuk angka 07.00 pagi. Dia bergegas melakukan rutinitas pagi, mandi, memasak, dan sarapan. Setelah semua terselesaikan, dia beranjak pergi meninggalkan perabotan dapur di tempat pencucian. Dengan penuh kepercayaan diri, Astan pergi menuju Distrik B-3, di mana Akademi Santya berada.
Astan melangkahkan kaki keluar dari pintu apartemennya. Dengan tujuan jelas, dia berjalan menyusuri trotoar menuju halte pemberhentian bus terdekat. Tidak berapa lama menunggu, bus yang dinantinya pun tiba, dan dia segera naik; duduk di bangku paling belakang. Detik berikutnya, bus pun jalan secara perlahan, meninggalkan halte pemberhentian dan menuju destinasi selanjutnya: Akademi Satya.
Perjalanan menuju Akademi Satya terasa cukup singkat dan Astan hanya duduk diam dengan mengamati keluar jendela. Saat bus berhenti di lokasi tujuan, dia melangkah cepat untuk turun dari bus. Dia berdiri sejenak di area sekitar halte, mengamati sekeliling dan mengambil napas sebelum melangkahkan kaki.
Setelah merasa tenang dan lebih percaya diri, Astan berjalan melewati gerbang masuk yang memiliki gapura dengan tulisan 'Selamat Datang di Akademi Satya' begitu jelas dan besar. Dia berjalan pelan, sesekali melirik ke arah orang-orang yang berpakaian rapi seperti dirinya.
Dia juga mengikuti orang asing di depan hingga terlihat sebuah taman yang dipenuhi oleh meja dan orang. Dia berjalan mendekati taman dengan wajah berseri, Astan berkeliling untuk memilih perusahaan hingga menangkap sosok laki-laki familiar bagi ingatannya: Endra Julistian. Astan berjalan mendekati Endra dan menyapanya terlebih dahulu. Untuk beberapa detik mata mereka saling bertatapan, mereka tersenyum lebar penuh kesenangan.
“Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu mau melamar di kantor kami?” tanya Endra dengan wajah senang.
“Iya," jawab Astan dengan senyum canggung.