Chapter 8: Hari Pertama
Hari yang cerah pun sudah tiba dan menyapa dengan begitu hangat serta penuh semangat, orang-orang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Jalanan kota dipadati oleh banyaknya kendaraan-kendaraan. Astan memasang senyum saat keluar dari kamar dan menyapa Rei yang tengah menyediakan sarapan. Dia mendudukkan diri tepat di depan Rei yang tengah menunggu dirinya. Satu detik kemudian, mereka mulai menyantap nasi goreng dalam diam.
Sesekali Astan memberikan lirikan kepada Rei. Akan tetapi, dia sama sekali tidak berani untuk memulai pembicaraan. Setelah menyelesaikan suapan terakhir, dia memberanikan diri untuk membuka suara. Memberikan pertanyaan yang membuat Rei menghentikan langkahnya. Tanpa menjawab pertanyaan dari Astan, Rei melangkah menuju tempat pencucian barang dapur.
“Apa Kakak marah padaku? Aku tidak akan memberikan hantu-hantu itu makanan lagi,” ucap Astan dengan wajah penuh penyesalan.
Mendengar ucapan yang keluar dari mulut sang adik, Rei menghentikan pergerakan tangan. Mengakhiri kegiatan mencuci piring dan beberapa peralatan dapur. Rei membalikkan badan dan melangkah mendekatinya yang tengah berdiri. Rei mengulurkan tangan menuju kepala Astan, memberikan usapan pelan dengan senyuman di wajah. Akan tetapi, Astan hanya memasang wajah cemberutnya.
“Kamu ini sudah besar, tidak usah pasang cemberut seperti itu. Aku hanya ada sedikit masalah,” ucap Rei menarik tangannya.
“Yakin hanya itu?” tanya Astan lagi, dia masih sangat penasaran dan untuk meyakinkan jawaban dari Rei.
“Ya, hanya itu. Lebih baik kita pergi, ini hari pertamamu kerja bukan.” Rei berucap dengan pelan dan meninggalkan Astan.
Dengan senyum mengembang di wajah, dia berjalan cepat menyusul Rei yang telah memakai sepatu kerja. Dia berjalan tepat di samping kiri Rei dan terus membuntutinya seperti anak ayam yang selalu mengikuti sang induk. Mereka berjalan bersama melewati jalanan yang cukup ramai hingga telah tiba di halte bus.