Pagi itu kulewati dengan seperti biasa duduk dibawah pohon yang cukup besar di halaman belakang sekolahku.
Aku duduk di sebuah bangku kayubpanjang berukuran 2 meter. Suasana sunyi dengan semilir angin lembut adalah suasana yang menyenangkan bagiku. Tempat itu bagai taman bagiku walaupun menurut orang-orang tempat itu angker aku sering melihat mereka hanya berbisik sambil berekspresi ngeri kala melintas di depan taman ini.
Taman yang indah menurutku, walaupun memang ada rumput yang cukup tinggi-tinggi yangbmengelilingi sebagian taman yang terurus ini. Bunga-bunga liar warna warni sering bermekaran dan menghiasi di sela-sela rumput tersebut.
Aku tak pernah tau mengapa pihak sekolah tak pernah membereskan tempat ini dan membiarkan taman ini begitu saja. Saat ku tanya petugas kebersihan yang sedang membereskan kelas di depan taman. Petugas itu hanya terdiam tak berbicara apapun lalu bergegas pergi begitu saja tanpa menjawabku atau mengucapkan sesuatu apapun. Begitupun dengan murid yang kadang masih melakukan kegiatan ektrakulikuler di sanggar pinggir taman. Mereka seperti menyembunyikan sesuatu hal yang tak aku tahu.
Semenjak itu aku tak pernah memperdulikannya dan tetap duduk bersantai di tempat tersebut.
Kesendirianku ternyata tak berlangsung lama saat seorang gadis datang mendekatiku dan duduk disebelahku.
Hari itu adalah hari pertama MOS atau biasa sisebut Masa Orientasi Sekolah. Semua murid baru datang dengan atribut aneh di kepala dan seragam mereka. Membawa barang-barang yang lumayan banyak dan merepotkan untuk dinawa sepertinya.
Aku memang kadang suka memperhatikan tingkah mereka yang konyol, kadang ada yang berjoget berkelompok atau bernyayi dengan lirik aneh disuruh oleh para seniornya dengan bentakan dan teriakan tentunya.
Entah gunanya untuk apa hal-hal tersebut. Apakah hanya untuk hiburan para senior, atau membuat siswa-siswa itu terlihat konyol dan menegaskan bahwa siswa baru tak bisa melawan senior.
Kadang aku kasihan dengan anak-anak tersebut, padahal niat mereka datang ke sekolah ini adalah untuk belajar dan mempelajari hal yang lebih baik lagi. Tapi malah diperlakukan seolah mereka tak punya rasa malu.
Selain itu benda-benda yang mereka bawa,kadang sangat sulit didapat dan hanya akan jadi tumpukan barang tak berguna atau hanya untuk kepentingan senior itu sendiri.
Begitupun aku dulu, aku berpenampilan aneh memakai karung goni dibentuk rompi yang menutupi badan berseragamku lalu memakai topi dari kertas yang berbentuk kerucut dengan tali rapia warna warni yang melilit di berbagai area, serta kalung namtag yang segede gaban dikalungkan di leher. Apalagi saat masuk gerbang aku harus membawa balon gas yang sulit dicari saat MOS tiba. Sungguh sangat memalukan dan membuatku repit apalagi pas turun angkot.
Aku terkekeh mengingat masa-masa itu. Dikejauhan kulihat seorang wanita dengan membawa anak baru dengan atribut MOS tersenyum padaku. Dia melewatiku dan masuk ke kelas.