Kala itu Aris yang baru saja lulus dari sekolah tingkat pertama memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di sebuah pesantren yang terletak di sebuah dusun terpencil dan jauh dari kota. Kedua orang tua Aris sempat bingung dan kesal kenapa Aris tidak ingin melanjutkan pendidikannya di Jakarta, padahal di Jakarta banyak sekolah menengah atas dari negeri hingga swasta bahkan madrasah aliyah sekalipun. Saat Aris menunjukkan gambar pondok tersebut kepada kedua orang tuanya, mereka sangat syok bahkan ibunya Aris sempat geleng-geleng kepala kenapa anaknya mau bersekolah di tempat seperti itu.
“Yah, Bu ini gambar pondoknya. Namanya pondok pesantren Darussalam, lokasinya di Jawa Tengah daerah Kulonprogo. Lokasi pondoknya di dusun, Aris ingin mondok disini,” kata Aris sambil menunjukkan gambar-gambar pondok pesantren tersebut kepada kedua orang tuanya.
“Apa? kamu gak salah pilih Ris? tempat apa ini? disekitar pondoknya penuh dengan pohon-pohon besar dan rumput-rumput liar, kalau ada ular bagaimana? mana gak ada gerbangnya, jarang penduduk juga ya disana,” ucap Ayah dengan sangat terkejut saat melihat gambar kondisi pondok pesantren tersebut.
“Kamu tau dari mana pondok ini? Ibu keberatan kalau kamu mondok disana, lebih baik kamu sekolah di sekolah umum saja Nak,” sahut Ibu yang sangat tidak setuju dengan keinginan Aris untuk mondok di pesantren itu.
“Yah, Bu. Aris mohon, Aris mau mondok disana. Jangan lihat gedungnya atau keadaan di sekitar pondok itu. Tapi lihat ilmunya, disana banyak diajarkan ilmu-ilmu Islam. Aris ingin mendalami ilmu-ilmu Agama. Aris tau pondok ini dari kakak kelas Aris yang juga mondok disana,” ucap Aris sambil memohon kepada Ayah dan Ibunya.
“Siapa kakak kelasmu itu? Dia sudah gila, masa mau sekolah di tempat seperti itu. Udah lokasinya di dusun, jauh lagi di Jawa Tengah. Mending kamu sekolah di madrasah aliyah aja kalau mau mendalami ilmu Agama. Kan madrasah itu Islami, deket lagi dari rumah. Masa iya kamu sekolah jauh-jauh tapi keadaan sekolahnya kaya gitu,” celetuk Ayah sambil sedikit menggelengkan kepalanya.
“Ada Yah pokoknya kakaknya itu baik dan dia senang bisa mondok disana. Malah banyak pengalaman baru yang ditemukan disana. Ayolah Yah, Bu … Aris mohon izinkan Aris mondok disana ya. Kalau Ayah sama Ibu gak setuju Aris mondok disana, Aris gak mau sekolah titik,” ucap Aris dengan sedikit kesal.
“Loh kok kamu ngancem?” tanya Ibu yang mulai terbawa emosi.